Social Icons

Kamis, 12 Desember 2013

KAU

Kenapa, kau mengejar waktu?
tidak kau kejarpun waktu akan meninggalkanmu?

Mengapa kau murungkan wajahmu?
Padahal masalahpun setiap saat datang menuju.

Hal yang kita anggap sulit,
ternyata mudah.

hal yang kita anggap berbeda,
ternyata sama.

Hal yang kita anggap bencana
ternyata membahagiakan.

Hal yang kita sebut sebagai kebahagiaan
ternyata berakhir kecewa.

Kau dengan segala ego, nafsu, pikiran, perasaan yang dianugerahkan kepadamu.
tak akan bisa menebak apa yang akan terjadi.

kita dengan segala kekuatan, kekayaan dan kedudukan.
kerap tenggelam ditelan zaman.

Kekuasaan Yang Maha Kuasa lebih dari segalanya

Langkahkan saja langkahmu, Biar DIA yang mengakhiri dengan indah

Pendidikan ?


Filosofi Pendidikan
Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti dilakukan banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran.

Bagi sebagian orang, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada pendidikan formal. Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam, sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka, walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi.
Fungsi Pendidikan
Menurut Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan dengan fungsi yang nyata (manifes). Mempersiapkan anggota masyarakt untuk mencari nafkah, fungsi laten lembaga sebagai wadah pendidikan, melalui pendidikan di sekolah orang tua melimpahkan tugas dan wewenangnya dalam mendidik anak kepada sekolah.

Sekolah memiliki potensi untuk menanamkan nilai pembangkangan di masyarakat. Hal ini tercermin dengan danya perbedaan pandangan antara sekolah dan masyarakat tentang sesuatu hal, misalnya pendidikan dan sikap terbuka.

Pendidikan sekolah diharapkan dapat mensosialisasikan kepada para anak didiknya untuk menerima perbedaan prestise, privilese, dan status yang ada dalam masyarakat. Memilih dan mengajarkan peranan sosila.
Upaya peningkatan mutu guru

Dalam konteks pembangunan sektor pendidikan, pendidik merupakan pemegang peran yang amat sentral. Guru adalah jantungnya pendidikan. Tanpa denyut dan peran aktif guru, kebijakan pembaruan pendidikan secanggih apa pun tetap akan sia-sia. Sebagus apa pun dan semodern apa pun sebuah kurikulum dan perencanaan strategis pendidikan dirancang, jika tanpa guru yang berkualitas, tidak akan membuahkan hasil optimal. Artinya, pendidikan yang baik dan unggul tetap akan tergantung pada kondisi mutu guru. Beberapa upaya untuk meningkatkan mutu guru adalah sebagai berikut. Sertifkasi guru Program ini sebenarnya diawali dari sebuah hipotesa, bahwa guru yang professional dan berkualitas akan terwujud apabila kesejahteraannya mencukupi. Sebaliknya jangan harap seorang guru akan professional, jika kesejahteraannya tidak mencukupi untuk kehidupan sehari-hari. Lalu kemudian, ternyata hipotesa itu terjawab. Dari data statistik menyebutkan bahwa para guru penerima tunjangan profesi yang cukup besar, ternyata belum menunjukkan kemajuan kualitas dalam proses mengajarnya. Mereka tidak berubah, mengajar biasa-biasa saja. Meskipun mereka sudah menerima tunjangan profesi sebagaimana yang diharapkan pemerintah untuk menjadi guru yang professional dengan berbagai kriteria yang sudah ditentukan dalam proses sertifikasi guru. Jadi menurut penulis ada hipotesa baru, yaitu ‘besarnya penghasilan guru belum tentu menjadi penyebab berkembangnya kualitas guru dalam bekerja’. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru.
 
Peran guru dalam pembelajaran

Kualitas pendidikan bangsa ini banyak ditentukan oleh kualitas para gurunya. Guru adalah ‘bos in the class’. Guru adalah orang yang bertatap muka langsung dengan peserta didik. Sebagus apa pun dan semodern apa pun sebuah kurikulum dan perencanaan strategis pendidikan dirancang, jika tanpa guru yang berkualitas, tidak akan membuahkan hasil optimal. Artinya roda komunitas yang bernama sekolah sangat diwarnai oleh kinerja dan mutu para gurunya. Pentingnya peranan dan kualitas seorang guru berdampingan dengan banyaknya problematika yang dihadapi oleh para guru. Hal yang mendasar pada problem tersebut adalah ‘KEMAUAN’ untuk maju. Apabila kita percaya tidak ada siswa yang bodoh dengan multiple intelligences-nya masing-masing, maka kita juga harus percaya bahwa ‘tidak ada guru yang tidak becus mengajar’. Hanya saja kenyataan yang terjadi adalah keengganan guru untuk terus belajar dan bekerja dengan baik disebabkan oleh tidak adanya ‘KEMAUAN’ untuk belajar dan maju. Ditegaskan UNESCO dalam laporan The International Commission on Education for Twenty-first Century, yang menyatakan bahwa "memperbaiki mutu pendidikan pertama-tama tergantung perbaikan perekrutan, pelatihan, status sosial, dan kondisi kerja para guru; mereka membutuhkan pengetahuan dan keterampilan, karakter personal, prospek profesional, dan motivasi yang tepat jika ingin memenuhi harapan stakeholder pendidikan" (Delors, 1996). Hal yang sama juga ditegaskan oleh

Untuk kumpulan contoh artikel pendidikan lainnya, sobat bisa mengunjungi link artikel pendidikan ini. Semoga kumpulan artikel tentan pendidikan ini bisa memberikan ide dan bahan dalam penulisan artikel sobat semua. Salam. 

Ciri-ciri Bilangan yang Habis Dibagi

BILANGAN HABIS DIBAGI 2
Suatu bilangan habis dibagi 2, ciri-cirinya adalah bilangan yang berakhiran (berangka satuan) 0, 2, 4, 6, 8. Dengan kata lain bilangan itu adalah bilangan genap.

Contoh: apakah 74 habis dibagi 2? Karena 74 merupakan bilangan genap (Ingat rumus untuk bilangan genap. Rumus untuk bilangan genap adalah 2k untuk sebarang k bilangan bulat. Sedangkan untuk bilangan ganjil yaitu 2k-1 untuk sebarang k bilangan bulat). Karena 74 memenuhi rumus bilangan genap, maka 74 habis dibagi 2. 74 : 2 = 37


BILANGAN HABIS DIBAGI 3
Jumlah digit-digitnya habis dibagi 3
Contoh: Apakah 213 habis dibagi 3? Akan kita jumlahkan digit-digit pada bilangan 213. Didapatkan, 2 + 1 + 3 = 6. Karena 6 (hasil dari penjumlahan digit-digitnya) habis dibagi 3. Maka bilangan itu (213) habis dibagi 3. Apakah -345 habis dibagi 3? Langkahnya sama. Kita jumlahkan digit-digitnya dan menghiraukan tanda negative. Jangan tertipu oleh tanda negatif.


BILANGAN HABIS DIBAGI 4
Dua digit terakhir habis dibagi 4. Lebih mudahnya yaitu puluhan dari bilangan itu habis dibagi 4.
Contoh: Apakah 324 habis dibagi 4? Dua digit terakhir yaitu 24. Dan 24 habis dibagi 4. Sehingga 326 habis dibagi 4. Apakah 2006 habis dibagi 4? Tidak. Karena dua angka terahirnya yaitu 06. Sedangkan 06 tidak habis dibagi 4. Sehingga 2006 tidak habis dibagi 4.


BILANGAN HABIS DIBAGI 5
Bilangan tersebut berakhiran 0 atau 5.
Contoh: Apakah 3255 habis dibagi 5? Digit terakhir adalah 5. Sehingga 3255 habis dibagi 5. Apakah 2005 habis dibagi 5? Sangatlah mudah menentukan ciri bilangan habis dibagi 5


BILANGAN HABIS DI BAGI 6
Ciri Bilangan yang habis dibagi 6 adalah bilangan genap yang jumlah angka-angkanya habis dibagi 3. Atau bilangan yang habis dibagi 3 dan habis dibagi 2.
Contoh: apakah 234 habis dibagi 6? Sekarang kita perhatikan jumlah angka-angkanya. 2 + 3 + 4 = 9. Dan 9 habis dibagi 3. Karena jumlah angka-angkanya habis dibagi 3 dan bilangan itu genap.
Maka 234 habis dibagi 6.


BILANGAN HABIS DI BAGI 7
Bila bagian satuannya dikalikan 2, dan menjadi pengurang dari bilangan tersisa. Jika hasilnya habis dibagi 7,
maka bilangan itu habis dibagi 7.

Contoh: apakah 5236 habis dibagi 7? Kita pisahkan 6 (satuannya), kemudian 523 – (6 x 2) = 511. Apakah 511 habis dibagi 7? 51 – (1 x 2) = 49. Karena 49 habis dibagi 7
maka 5236 habis dibagi 7.


BILANGAN HABIS DI BAGI 8
Tiga digit terakhir habis dibagi 8.
Contoh: apakah 3125 habis dibagi 8? Tiga digit terakhir yaitu 125. Dan 125 habis dibagi 8. Sehingga 3125 habis dibagi 8. Bagaimana dengan 56? Tidak jadi masalah karena 56 = 056.
Sehingga tiga digit terakhirnya yaitu 056. dan 56 habis dibagi 8.
Sehingga 56 habis dibagi 8.


BILANGAN HABIS DI BAGI 9
Jumlah angka-angkanya habis dibagi 9.
Contoh: apakah 819 habis dibagi 9? Jumlah digit-digitnya yaitu 8 + 1 + 9 = 18. Dan 18 habis dibagi 9.
Sehingga 819 habis dibagi 9.


BILANGAN HABIS DI BAGI 10
Angka satuannya adalah 0.
Contoh: apakah 8190 habis dibagi 10? Angka satuan=0, maka 8190 habis dibagi 10.

BILANGAN HABIS DI BAGI 15
Angka satuannya adalah 0 atau 5. Jumlah angkanya habis dibagi 3.
Contoh: apakah 8190 habis dibagi 15? Angka satuan=0, Jumlah angkanya = 8+1+9+0=18 (habis dibagi 3), maka 8190 habis dibagi 15.


BILANGAN YANG HABIS DI BAGI 11
Bilangan yang habis dibagi 11 yaitu jika bilangan tersebut merupakan kelipatan 11. Ciri bilangan habis dibagi 11 yaitu jika jumlah digitnya dengan berganti tanda dari digit satuan hasilnya habis dibagi 11.

contohnya:
#Apakah 1234 habis dibagi 11?
Maka yang kita lakukan adalah menjumlahkan dengan tanda berselang seling dari digit satuan. Tanda dimulai dari positif. Maka mengechecknya 4 – 3 + 2 – 1 = 2. Karena 2 tidak habis dibagi 11, maka 1234 juga tidak habis dibagi 11.

#Apakah 803 habis dibagi 11?
3 – 0 + 8 = 11. Maka 803 habis dibagi 11.


BILANGAN YANG HABIS DIBAGI 13
Ciri bilangan habis dibagi 13 adalah bilangan asal dipisahkan satuannya. Kemudian dikalikan 9 (multiplier dari 13). Dan bilangan yang setelah dipisahkan tadi dikurangi dengan 9 kali bilangan satuannya.
Misalnya bilangan awal kita adalah abcdefg, maka ciri bilangan habis dibagi 13 adalah (abcdef) – 9g. Jika hasilnya habis dibagi 13, maka bilangan semula juga habis dibagi 13.

Contoh: Apakah 3419 habis dibagi 13 ? Kita pisahkan 341 – 9(9) = 341 – 81 = 260.
Karena 260 habis dibagi 13, maka 3419 habis dibagi 13.

Kita coba angka yangg lebih besar. Misal Apakah 12818 habis dibagi 13?
1281 – 9(8) = 1281 – 72 = 1209
120 – 9(9) = 120 – 81 = 39.
39 habis dibagi 13, maka 12818 habis dibagi 13.


BILANGAN YANG HABIS DIBAGI 17
Ciri bilangan habis dibagi 17 adalah jika bilangan tersebut dipisahkan antara satuannya dan sisa angkanya kemudian jika sisa angkanya dikurangi dengan 5 kali satuannya dan hasilnya habis dibagi 17. Maka bilangan semula habis dibagi 17.

contohnya: apakah 153 habis dibagi 17?
Langkah pertama yaitu memisahkan bilangan tersebut dengan satuannya. 153 menjadi 15 dan 3. Kemudian kita lakukan langkah pada syarat tersebut.
15 – 3(5) = 0.
Karena 0 habis dibagi 17, maka 153 juga habis dibagi 17.

Contoh lain yang lebih panjang yaitu apakah 5338 habis dibagi 17?
Kita lakukan langkah-langkah yang telah diberikan sebelumnya.
533 – 8(5) = 493
49 – 3(5) = 34
Karena 34 habis dibagi 17, maka 5338 habis dibagi 17.


CIRI BILANGAN HABIS DIBAGI 19
Ciri bilangan habis dibagi 19 yaitu jika satuannya dikalikan dua dan ditambahkan pada angka sisa (angka semula yang dibuang satuannya) dan hasilnya habis dibagi 19 maka bilangan itu habis dibagi 19.

Contoh: Apakah 209 habis dibagi 19?
Secara perhitungan biasa, 209 habis dibagi 19. Karena 19 x 11 adalah 209. Sekarang bagaimana jika kita menggunakan ciri bilangan habis dibagi 19 menggunakan cara yang telah disebutkan di atas. Sekarang kita perhatikan angka 209. Angka tersebut satuannya kita pisah.
Diperoleh angka-angka baru yaitu 20 dan 9.
Kemudian langkah selanjutnya yaitu angka satuan kita kalikan dua dan kita jumlahkan dengan angka yang lain yang telah dipisah tadi. Diperoleh, 20 + 9(2) = 28. Dan karena 38 habis dibagi 19, maka bilangan asal tadi juga habis dibagi 19. Sehingga, 209 habis dibagi 19.

Sekarang kita lanjutkan untuk contoh dengan angka yang lebih besar.
Apakah 9937 habis dibagi 19?
Kita lakukan langkah-langkah yang telah diberikan tadi. 933 + 7(2) = 1007. Tentunya sekarang kita dapatkan angka yang lebih kecil. Untuk mengecheck apakah 1007 habis dibagi 19, maka kita lakukan langkah yang sama. Dengan cara yang sama. 100 + 7(2) = 144. Kita lanjutkan dengan mengecheck apakah 114 habis dibagi 19. Kita peroleh, 11 + 4(2) = 19.
Dan karena 19 habis dibagi 19, maka 114 habis dibagi 19. Dan diperoleh 1007 habis dibagi 19. Dan akhirnya 9937 juga habis dibagi 19


Syarat atau ciri bilangan habis dibagi (m \times n)adalah, bilangan tersebut harus habis dibagi m dan habis dibagi n. dengan m dan n mempunyai fpb 1.
  
Sehingga syarat bilangan habis dibagi 12, sama dengan syarat bilangan habis dibagi 4 dan syarat habis dibagi 3.
yaitu bilangan tersebut jika 2-angka terakhirnya habus dibagi 4, dan jumlah angka-angkanya habis dibagi 3.. contoh : 111111111144
Karena 44 habis dibagi 4, dan jumlah angkanya habis dibagi  , (18 habis dibagi 3).. jadi, 111111111144 habis dibagi 12
  
Syarat bilangan yang habis dibagi 3 adalah jumlah digit-digitnya habis dibagi 3. Dan syarat-syarat bilangan yang habis dibagi 4 adalah dua angka di belakang (puluhannya) harus habis dibagi 4. Sehingga syarat suatu bilangan habis dibagi 12 adalah bilangan puluhannya habis dibagi 4 dan jumlah digit-digitnya habis dibagi 3.
  
Begitu juga untuk syarat suatu bilangan habis dibagi 14. Yaitu sama dengan syarat bilangan yang habis dibagi 7 dan syarat bilangan yang habis dibagi 2. Dengan kata lain syarat atau ciri bilangan yang habis dibagi 14 adalah sama dengan ciri bilangan yang habis dibagi 7 yang merupakan bilangan genap.
Contohnya : 1728384
Coba silahkan dicheck.. .
  
Ciri bilangan yang habis dibagi 15, 18, 21, 22 dan 24. Sama konsepnya seperti ciri bilangan yang habis dibagi 12 atau syarat bilangan yang habis dibagi 14.
15 = 5 x 3
18 = 9 x 2
21 = 7 x 3
22 = 11 x 2
24 = 3 x 8
 
Begitu juga untuk 26, 28, dan seterusnya …
 
Ingat.. .FPB nya harus 1.
 
Bagaimana ciri bilangan habis dibagi 100? Perhatikan bahwa
INGAT..... FPB-nya 1.
2 angka terakhirnya adalah 00



Senin, 14 Oktober 2013

Kode Pos Kota Semarang

Daftar Kode Pos Kota Semarang berasarkan Kelurahan dan kecamatannya.
1. Kode Pos Kecamatan Genuk Semarang
- Kelurahan Muktiharjo Lor (Kodepos : 50111)
- Kelurahan Terboyo Kulon (Kodepos : 50112)
- Kelurahan Terboyo Wetan (Kodepos : 50112)
- Kelurahan Penggaron Lor (Kodepos : 50113)
- Kelurahan Gebangsari (Kodepos : 50114)
- Kelurahan Bangetayu Kulon (Kodepos : 50115)
- Kelurahan Bangetayu Wetan (Kodepos : 50115)
- Kelurahan Kudu (Kodepos : 50116)
- Kelurahan Sembungharjo (Kodepos : 50116)
- Kelurahan Banjardowo (Kodepos : 50117)
- Kelurahan Genuksari (Kodepos : 50117)
- Kelurahan Karangroto (Kodepos : 50117)
- Kelurahan Trimulyo (Kodepos : 50118)
2. Kode Pos Kecamatan Pedurungan Semarang
- Kelurahan Pedurungan Kidul (Kodepos : 50192)
- Kelurahan Pedurungan Lor (Kodepos : 50192)
- Kelurahan Pedurungan Tengah (Kodepos : 50192)
- Kelurahan Penggaron Kidul (Kodepos : 50194)
- Kelurahan Tlogosari Kulon (Kodepos : 50196)
- Kelurahan Tlogosari Wetan (Kodepos : 50196)
- Kelurahan Muktiharjo Kidul (Kodepos : 50197)
- Kelurahan Kalicari (Kodepos : 50198)
- Kelurahan Plamongan Sari (Kodepos : 50193)
- Kelurahan Gemah (Kodepos : 50191)
- Kelurahan Palebon (Kodepos : 50199)
3. Kode Pos Kecamatan Gajah Mungkur Semarang
- Kelurahan Bendungan (Kodepos : 50231)
- Kelurahan Lempongsari (Kodepos : 50231)
- Kelurahan Gajah Mungkur (Kodepos : 50232)
- Kelurahan Sampangan (Kodepos : 50236)
- Kelurahan Bendan Ngisor (Kodepos : 50233)
- Kelurahan Bendan Duwur (Kodepos : 50235)
- Kelurahan Karang Rejo (Kodepos : 50234)
- Kelurahan Petompon (Kodepos : 50237)
4. Kode Pos Kecamatan Banyumanik Semarang
- Kelurahan Ngesrep (Kodepos : 50261)
- Kelurahan Tinjomoyo (Kodepos : 50262)
- Kelurahan Srondol Kulon (Kodepos : 50263)
- Kelurahan Srondol Wetan (Kodepos : 50264)
- Kelurahan Banyumanik (Kodepos : 50264)
- Kelurahan Pudakpayung (Kodepos : 50265)
- Kelurahan Gedawang (Kodepos : 50266)
- Kelurahan Jabungan (Kodepos : 50266)
- Kelurahan Padangsari (Kodepos : 50267)
- Kelurahan Pedalangan (Kodepos : 50268)
- Kelurahan Sumurboto (Kodepos : 50269)
5. Kode Pos Kecamatan Candisari Semarang
- Kelurahan Wonotingal (Kodepos : 50252)
- Kelurahan Kaliwiru (Kodepos : 50253)
- Kelurahan Jatingaleh (Kodepos : 50254)
- Kelurahan Karanganyar Gunung (Kodepos : 50255)
- Kelurahan Jomblang (Kodepos : 50256)
- Kelurahan Candi (Kodepos : 50257)
- Kelurahan Tegalsari (Kodepos : 50251)
6. Kode Pos Kecamatan Gayamsari Semarang
- Kelurahan Siwalan (Kodepos : 50162)
- Kelurahan Sawahbesar (Kodepos : 50163)
- Kelurahan Kaligawe (Kodepos : 50164)
- Kelurahan Sambirejo (Kodepos : 50166)
- Kelurahan Tambakrejo (Kodepos : 50165)
- Kelurahan Gayamsari (Kodepos : 50161)
- Kelurahan Pandean Lamper (Kodepos : 50167)
7. Kode Pos Kecamatan Gunungpati Semarang
- Kelurahan Sukorejo (Kodepos : 50221)
- Kelurahan Kandri (Kodepos : 50222)
- Kelurahan Sadeng (Kodepos : 50222)
- Kelurahan Cepoko (Kodepos : 50223)
- Kelurahan Jatirejo (Kodepos : 50223)
- Kelurahan Nongkosawit (Kodepos : 50224)
- Kelurahan Plalangan (Kodepos : 50225)
- Kelurahan Sumurejo (Kodepos : 50226)
- Kelurahan Mangunsari (Kodepos : 50227)
- Kelurahan Pakintelan (Kodepos : 50227)
- Kelurahan Ngijo (Kodepos : 50228)
- Kelurahan Patemon (Kodepos : 50228)
- Kelurahan Gunung Pati (Kodepos : 50225)
- Kelurahan Kalisegoro (Kodepos : 50229)
- Kelurahan Pungangan (Kodepos : 50224)
- Kelurahan Sekaran (Kodepos : 50229)
8. Kode Pos Kecamatan Mijen Semarang
- Kelurahan Kedungpane (Kodepos : 50211)
- Kelurahan Pesantren (Kodepos : 50212)
- Kelurahan Ngadirgo (Kodepos : 50213)
- Kelurahan Wonoplumbon (Kodepos : 50214)
- Kelurahan Tambangan (Kodepos : 50215)
- Kelurahan Wonolopo (Kodepos : 50215)
- Kelurahan Bubakan (Kodepos : 50216)
- Kelurahan Cangkiran (Kodepos : 50216)
- Kelurahan Karangmalang (Kodepos : 50216)
- Kelurahan Polaman (Kodepos : 50217)
- Kelurahan Purwosari (Kodepos : 50217)
- Kelurahan Jatibarang (Kodepos : 50219)
- Kelurahan Jatisari (Kodepos : 50218)
- Kelurahan Mijen (Kodepos : 50218)
9. Kode Pos Kecamatan Ngaliyan Semarang
- Kelurahan Ngaliyan (Kodepos : 50181)
- Kelurahan Kalipancur (Kodepos : 50183)
- Kelurahan Purwoyoso (Kodepos : 50184)
- Kelurahan Tambakaji (Kodepos : 50185)
- Kelurahan Gondoriyo (Kodepos : 50187)
- Kelurahan Podorejo (Kodepos : 50187)
- Kelurahan Wates (Kodepos : 50188)
- Kelurahan Bringin (Kodepos : 50189)
- Kelurahan Bambankerep (Kodepos : 50182)
- Kelurahan Wonosari (Kodepos : 50186)
10. Kecamatan Semarang Barat
- Kelurahan Bojongsalaman (Kodepos : 50141)
- Kelurahan Cabean (Kodepos : 50141)
- Kelurahan Krobokan (Kodepos : 50141)
- Kelurahan Tawangmas (Kodepos : 50144)
- Kelurahan Tawangsari (Kodepos : 50144)
- Kelurahan Kalibanteng Kulon (Kodepos : 50145)
- Kelurahan Krapyak (Kodepos : 50146)
- Kelurahan Manyaran (Kodepos : 50147)
- Kelurahan Bongsari (Kodepos : 50148)
- Kelurahan Ngemplak Simongan (Kodepos : 50148)
- Kelurahan Gisikdrono (Kodepos : 50149)
- Kelurahan Kalibanteng Kidul (Kodepos : 50149)
- Kelurahan Karang Ayu (Kodepos : 50142)
- Kelurahan Salamanmloyo (Kodepos : 50143)
- Kelurahan Tambak Harjo (Kodepos : 50145)
- Kelurahan Kembangarum (Kodepos : 50148)
11. Kecamatan Semarang Selatan
- Kelurahan Pleburan (Kodepos : 50241)
- Kelurahan Peterongan (Kodepos : 50242)
- Kelurahan Wonodri (Kodepos : 50242)
- Kelurahan Randusari (Kodepos : 50244)
- Kelurahan Barusari (Kodepos : 50245)
- Kelurahan Bulustalan (Kodepos : 50246)
- Kelurahan Lamper Tengah (Kodepos : 50248)
- Kelurahan Lamper Kidul (Kodepos : 50249)
- Kelurahan Lamper Lor (Kodepos : 50249)
- Kelurahan Mugassari (Kodepos : 50244)
12. Kecamatan Semarang Tengah
- Kelurahan Pendrikan Kidul (Kodepos : 50131)
- Kelurahan Pendrikan Lor (Kodepos : 50131)
- Kelurahan Sekayu (Kodepos : 50132)
- Kelurahan Kembangsari (Kodepos : 50133)
- Kelurahan Miroto (Kodepos : 50134)
- Kelurahan Brumbungan (Kodepos : 50135)
- Kelurahan Gabahan (Kodepos : 50135)
- Kelurahan Purwodinatan (Kodepos : 50137)
- Kelurahan Bangunharjo (Kodepos : 50138)
- Kelurahan Kranggan (Kodepos : 50137)
- Kelurahan Pandansari (Kodepos : 50139)
- Kelurahan Kauman (Kodepos : 50139)
- Kelurahan Karangkidul (Kodepos : 50136)
- Kelurahan Pekunden (Kodepos : 50134)
- Kelurahan Jagalan (Kodepos : 50613)
13. Kode Pos Kecamatan Semarang Timur
- Kelurahan Mlatibaru (Kodepos : 50122)
- Kelurahan Kebonagung (Kodepos : 50123)
- Kelurahan Karangturi (Kodepos : 50124)
- Kelurahan Sarirejo (Kodepos : 50124)
- Kelurahan Rejosari (Kodepos : 50125)
- Kelurahan Bugangan (Kodepos : 50126)
- Kelurahan Mlatiharjo (Kodepos : 50126)
- Kelurahan Rejomulyo (Kodepos : 50127)
- Kelurahan Kemijen (Kodepos : 50128)
- Kelurahan Karangtempel (Kodepos : 50125)
14. Kode Pos Kecamatan Semarang Utara
- Kelurahan Plombokan (Kodepos : 50171)
- Kelurahan Purwosari (Kodepos : 50172)
- Kelurahan Dadapsari (Kodepos : 50173)
- Kelurahan Tanjungmas (Kodepos : 50174)
- Kelurahan Bandarharjo (Kodepos : 50175)
- Kelurahan Kuningan (Kodepos : 50176)
- Kelurahan Panggung Lor (Kodepos : 50177)
- Kelurahan Panggung Kidul (Kodepos : 50178)
- Kelurahan Bulu Lor (Kodepos : 50179)
15. Kode Pos Kecamatan Tugu Semarang
- Kelurahan Jerakah (Kodepos : 50151)
- Kelurahan Karanganyar (Kodepos : 50152)
- Kelurahan Mangunharjo (Kodepos : 50154)
- Kelurahan Mangkang Kulon (Kodepos : 50155)
- Kelurahan Mangkang Wetan (Kodepos : 50156)
- Kelurahan Randu Garut (Kodepos : 50153)
- Kelurahan Tugurejo (Kodepos : 50151)
16. Kode Pos Kecamatan Tembalang Semarang.
- Kelurahan Meteseh (Kodepos : 50271)
- Kelurahan Mangunharjo (Kodepos : 50272)
- Kelurahan Sendangmulyo (Kodepos : 50272)
- Kelurahan Kedungmundu (Kodepos : 50273)
- Kelurahan Sendangguwo (Kodepos : 50273)
- Kelurahan Jangli (Kodepos : 50274)
- Kelurahan Tandang (Kodepos : 50274)
- Kelurahan Tembalang (Kodepos : 50275)
- Kelurahan Sambiroto (Kodepos : 50276)
- Kelurahan Bulusan (Kodepos : 50277)
- Kelurahan Kramas (Kodepos : 50278)
- Kelurahan Rowosari (Kodepos : 50279)
#Updated 14 Agustus 2013, Sumber: http://kodepos.posindonesia.co.id


Senin, 30 September 2013

Teori Piaget


            Jean Piaget adalah salah seorang psikolog terkenal yang banyak mempengaruhi perkembangan dunia pendidikan. Selama penelitian Piaget semakin yakin akan adanya perbedaan antara proses pemikiran anak dan orang dewasa. Ia yakin bahwa anak bukan merupakan suatu tiruan dari orang dewasa. Anak bukan hanya berpikir kurang efisien dari orang dewasa, melainkan berpikir secara berbeda dengan orang dewasa. Itulah sebabnya mengapa Piaget yakin bahwa ada tahap perkembangan kognitif yang berbeda dari anak sampai menjadi dewasa.
           Tahap perkembangan kognitif menurut Piaget (Paul. S, 2001:24) dibagi menjadi 4 tahap antara lain:
1.      Tahap sensorimotor (umur 0 – 2 tahun)
Pada tahap sensorimotor, anak mengenal lingkungan dengan kemampuan sensorik yaitu dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan. Karakteristik tahap ini merupakan gerakan – gerakan akibat suatu reaksi langsung dari rangsangan. Anak mengatur alamnya dengan indera(sensori) dan tindakan-tindakannya(motor), anak belum mempunyai kesadaran – kesadaran adanya konsepsi yang tetap.
Contohnya: Di atas ranjang seorang bayi diletakkan mainan yang akan berbunyi bila talinya dipegang. Suatu saat, ia main-main dan menarik tali itu. Ia mendengar bunyi yang bagus dan ia senang. Maka ia akan mencoba menarik-narik tali itu agar muncul bunyi menarik yang sama.
2.   Tahap persiapan operasional (2 – 7 tahun)
Operasi adalah suatu proses berpikir logis, dan merupakan aktifitas mental bukan aktifitas sensorimotor. Pada tahap ini anak belum mampu melaksanakan operasi – operasi mental. Unsur yang menonjol dalam tahap ini adalah mulai digunakannya bahasa simbolis, yang berupa gambaran dan bahasa ucapan. Dengan menggunakan bahasa, inteligensi anak semakin maju dan memacu perkembangan pemikiran anak karena ia sudah dapat menggambarkan sesuatu dengan bentuk yang lain.
Contohnya: anak bermain pasar-pasaran dengan uang dari daun. Kemudian dalam penggunaan bahasa, anak menirukan apa saja yang baru ia dengar. Ia menirukan orang lain tanpa sadar. Hal ini dibuat untuk kesenangannya sendiri. Tampaknya ada unsur latihan di sini, yaitu suatu pengulangan untuk semakin memperlancar kemampuan berbicara meskipun tanpa disadari.
3.  Tahap operasi konkret (7 – 11 tahun)
Tahap operasi konkret dinyatakan dengan perkembangan system pemikiran yang didasarkan pada peristiwa – peristiwa yang langsung dialami. Anak masih menerapkan logika berpikir pada barang – barang yang konkret, belum bersifat abstrak maupun hipotesis.
Misalnya suatu gelas diisi air. Selanjutnya dimasukkan uang logam sehingga permukaan air naik. Anak pada tahap operasi konkreat dapat mengetahui bahwa volume air tetap sama. Pada tahap sebelumnya, anak masih mengira bahwa volume air setelah dimasukkan logam menjadi bertambah.
4.   Tahap operasi formal (11 tahun ke atas)
Tahap operasi formal merupakan tahap akhir dari perkembangan kognitif secara kualitas. Pada tahap ini anak mampu bernalar tanpa harus berhadapan dengan objek atau peristiwanya langsung.
           Menurut Piaget (Paul Suparno, 2001:104) paling sedikit ada empat faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak, yaitu:
1.   Perkembangan organik dan kematangan system saraf.
Unsur biologis cukup jelas mempunyai pengaruh dalam perkembangan inteligensi seseorang. Kematangan fisik seseorang juga mempunyai pengaruh pada perkembangan inteligensinya. Misalnya: Pada saat anak belum dapat berjalan, sehingga anak tersebut akan sulit dan terbatas dalam berkontak dengan alam sekitar. Sehingga pemikirannya dan skema yang ia miliki belum banyak berkembang.
2.   Peran latihan dan pengalaman
Latihan berpikir, merumuskan masalah dan memecahkannya, serta mengambil kesimpulan akan membantu seseorang untuk mengembangkan pemikiran atau inteligensinya. Seorang anak yang sudah mulai dapat berpikir deduktif dan abstrak perlu mengembangkan diri dengan pengalaman – pengalaman dalam menggunakan pemikirannya. Piaget membedakan dua macam pengalaman, yaitu:
a.   Pengalaman fisis, terdiri dari tindakan atau aksi seseorang terhadap objek yang dihadapi untuk mengabstraksi sifat – sifatnya. contohnya: pengalaman melihat dan mengamati anjing akan membantu mengabstraksi sifat – sifat anjing yang pada tahap selanjutnya membantu pemikiran orang itu tentang anjing.
b.  Pengalaman matematis-logis, terdiri dari tindakan terhadap objek untuk mempelajari akibat tindakan – tindakan terhadap objek itu. Contohnya: pengalaman menjumlahkan atau mengurangkan benda akan membantu pemikiran anak akan operasi benda itu.
3.   Interaksi sosial dan transmisi.
Dengan interaksi ini, seorang anak dapat membandingkan pemikiran dan pengetahuan yang telah dibentuknya dengan pemikiran dan pengetahuan orang lain. Ia tertantang untuk semakin memperkembangkan pemikiran dan pengetahuannya sendiri. Dalam interaksi sosial dan transmisi, pengetahuan itu datang dari orang lain baik itu dari orangtuanya maupun masyarakat sekitarnya. Namun, menurut Piaget meskipun interaksi sosial itu sangat penting dalam pengembangan pemikiran seseorang, tindakan interaksi sosial itu tidaklah efektif bila tidak ada tindakan aktif dari anak sendiri. Pemikiran dan pengetahuan anak kurang berkembang pesat apabila anak itu sendiri tidak secara aktif mengolah, mencerna, dan mengambil makna.
4.   Ekuilibrasi (kesetimbangan).
Ekuilibrasi adalah kemampuan untuk mencapai kembali kesetimbangan selama periode ketidaksetimbangan melalui asimilasi dan akomodasi. . Ekuilibrasi ini sering juga disebut dengan motivasi dasar seseorang yang memungkinnya selalu berusaha memperkembangkan pemikiran dan pengetahuannya.
Menurut Piaget (Hudojo, 1979:82), struktur kognitif terbentuk karena proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah menyaring atau mendapatkan pengalaman – pengalaman baru ke dalam skema.
 Misalnya seorang anak mempunyai konsep mengenai “lembu”. Dalam pemikiran anak itu, ada skema “lembu”. Mungkin skema anak itu menyatakan bahwa lembu itu binatang yang berkaki empat. Berwarna putih dan makan rumput.
Di mana pengertian Skema yaitu struktur mental seseorang di mana ia secara intelektual beradaptasi dengan lingkungannya.
Misalnya Skema yang terjadi pada anak tersebut pertama kali melihat lembu tetangganya yang memang berwarna putih, berkaki empat, dan makan rumput. Suatu saat, anak itu bertemu dengan dengan bermacam-macam lembu yang lain, yang warnanya lain, dan tidak sedang makan rumput, tetapi sedang menarik gerobak. Berhadapan dengan pengalaman yang lain tersebut, anak memperkembangkan skema awalnya. Skemanya menjadi: lembu itu binatang berkaki empat, ada berwarna putih atau kelabu, makanannya rumput dan dapat menarik gerobak. Jelas bahwa skema lembu anak itu menjadi bertambah lengkap. Skema awalnya tidak hanya tetap dipakai, tetapi juga dikembangakan dan dilengkapi.
Akomodasi adalah proses menstrukturkan kembali pengalaman –pengalaman baru dengan jalan mengadakan modifikasi skema yang ada atau bahkan membentuk pengalaman yang benar – benar baru.
Contohnya: seorang siswa telah memahami bahwa himpunan bilangan itu tetap saja sama, walaupun urutannya diubah. Kemudian siswa tersebut mengalami pengalaman baru tentang adanya bilangan kardinal dan ordinal, bulat dan pecahan. Walaupun ada tambah pengetahuan baru, struktur kognitifnya tetap yang ada tetap saja ada dan tidak berubah, artinya bahwa sifat bilangan itu tetap sama walaupun pengaturannya diubah. Dapat digambarkan sebagai berikut:
B. Penerapan Teori Belajar Piaget Dalam Pengajaran Matematika
Penerapan dari empat tahap perkembangan intelektual anak yang dikemukakan oleh Piaget, adalah sebagai berikut:
1.   Tahap Sensorimotor (0-2 tahun)
Untuk mengembangkan kemampuan matematika anak di tahap ini, kemampuan anak mungkin ditingkatkan jika dia cukup diperbolehkan untuk bertindak terhadap lingkungan. Anak – anak pada tahap sensorimotor memiliki beberapa pemahaman tentang konsep angka dan menghitung. Misalnya: Orang tua dapat membantu anak- anak mereka menghitung dengan jari, mainan dan permen. Sehingga anak dapat menghitung benda yang dia miliki dan mengingat apabila ada benda yang  ia punya hilang.
2.   Tahap persiapan operasional ( 2 -7 tahun)
Piaget membagi perkembangan kognitif tahap persiapan operasional dalam dua bagian:
a.   Umur 2 – 4 tahun
Pada umur 2 tahun, seorang anak mulai dapat menggunakan symbol atau tanda untuk mempresentasikan suatu benda yang tidak tampak dihadapannya. Penggunaan symbol itu tampak dalam 4 gejala berikut:
1)      Imitasi tidak langsung
Menurut Wadsworth (dalam Paul Suparno, 2001:51), Anak mulai dapat menggambarkan suatu hal yang sebelumnya dapat dilihat, yang sekarang sudah tidak ada. Dengan kata lain, ia mulai dapat membuat imitasi yang tidak langsung dari bendanya sendiri.
Contohnya:  Bola sesungguhnya dalam bentuk bola plastik.
2)      Permainan simbolis
Dalam permainan simbolis, seringkali terlihat bahwa seorang anak berbicara sendirian dengan mainannya. Misalnya: Jika si anak merasa senang dengan bola, maka ia akan bermain bola – bolaan. Menurut Piaget, permainan tersebut merupakan ungkapan diri anak dalam menghadapi masalah, suasana hati, ketakutan dan lain – lain
3)      Menggambar
Menggambar pada tahap pra operasional merupakan jembatan antara permainan simbolis dengan gambaran mental. Unsur permainan simbolisnya terletak pada segi “kesenangan” pada diri anak yang sedang menggambar. Unsur gambaran mentalnya terletak pada usaha anak untuk mulai meniru sesuatu yang real.
4)      Gambaran mental
Gambaran mental adalah penggambaran secara pikiran suatu objek atau pengalaman yang lampau. Pada tahap ini, anak masih mempunyai kesalahan yang sistematis dalam menggambarkan kembali gerakan atau transformasi yang ia amati. Contoh: deretan 5 kelereng berwarna coklat dan hitam sebagai berikut:
 
Gambar.3
Dari gambar tersebut anak masih beranggapan bahwa kelereng coklat lebih banyak daripada kelereng hitam karena jarak kelereng coklat lebih besar daripada kelereng hitam. Apabila jarak kelereng hitam dan coklat disamakan maka anak mengatakan bahwa jumlah kelereng sama.
b.      Umur 4 – 7 tahun (pemikiran intuitif)
Pada umur 4 – 7 tahun, pemikiran anak semakin berkembang pesat. Tetapi perkembangan itu belum penuh karena anak masih mengalami operasi yang tidak lengkap dengan suatu bentuk pemikiran atau penalaran yang tidak logis. Contoh: Terdapat 20 kelereng, 16 berwarna merah dan 4 putih diperlihatkan kepada seorang anak dengan pertanyaan berikut: “Manakah yang lebih banyak kelereng merah ataukah kelereng-kelereng itu?”
A usia 5 tahun menjawab: “lebih banyak kelereng merah.”
B usia 7 tahun menjawab: “Kelereng kelereng lebih banyak daripada kelereng yang berwarna merah.” Tampak bahwa A tidak mengerti pertanyaan yang diajukan, sedangkan B mampu menghimpun kelereng merah dan putih menjadi suatu himpunan kelereng atau dapat disimpulkan bahwa anak masih sulit untuk menggabungkan pemikiran keseluruhan dengan pemikiran bagiannya. Contoh lain, seorang anak dihadapkan dengan pertanyaan: “Manakah yang lebih berat 1 Kg kapas atau 1 Kg besi?”. Anak tersebut pasti menjawab 1 Kg besi tanpa berpikir terlebih dahulu.  
3.      Tahap operasi konkret (7 – 11 tahun)
Tahap operasi konkret dicirikan dengan perkembangan system pemikiran yang didasarkan pada aturan – aturan tertentu yang logis. Tahap operasi konkret ditandai dengan adanya system operasi berdasarkan apa- apa yang kelihatan nyata/konkret. Anak masih mempunyai kesulitan untuk menyelesaikan persoalan yang mempunyai banyak variabel. ya. Misalnya, bila suatu benda A dikembangkan dengan cara tertentu menjadi benda B, dapat juga dibuat bahwa benda B dengan cara tertentu kembali menjadi benda A. Dalam matematika, diterapkan dalam operasi penjumlahan (+), pengurangan (-), urutan (<), dan persamaan (=).
 Contohnya, 5 + 3 = 8 dan 8 – 3 = 5
Pada umur 8 tahun, anak sudah memahami konsep penjumlahan yang seterusnya berlanjut pada perkalian. Misalnya guru memberikan soal kepada siswa mengenai perkalian.
Guru: “Berapa 8 × 4, Dony?”
Dony: “ 32 Pak!”
Pada umur 9 tahun, penalaran anak masih cenderung tidak dapat menghubungkan suatu rangkaian atau gagasan yang terpisah dalam suatu keseluruhan yang masih kurang jelas.
Contohnya dalam menyelesaikan persoalan berikut:
Rambut Tina (T) kurang gelap daripada rambut Sinta (S).
Rambut Tina (Ts) lebih gelap daripada rambut Lily (L).
Rambut siapa yang lebih gelap?
4.      Tahap operasi formal (11 tahun keatas)
Pada tahap ini, anak sudah mampu berpikir abstrak bila dihadapkan kepada suatu masalah dan ia dapat mengisolasi untuk sampai kepada penyelesaian masalah tersebut. Pikirannya sudah dapat melampaui waktu dan tempat tidak hanya terikat pada hal yang sudah dialami.
Contoh: Seorang anak mengamati topi ayahnya yang berbentuk kerucut. Ia ingin mengetahui volum dari topi ayahnya tersebut. Lalu ia mengukur topi tersebut dan memperoleh tinggi kerucut 30 cm dengan jari – jari 21 cm.
            Untuk menyelesaikan persoalan tersebut, maka guru sudah terlebih dahulu memberikan konsep kepada siswa mengenai bangun ruang(volum limas).
Volum limas = ⅓(luas alas)(tinggi limas)
                     = ⅓ × Ð» × r­² × t²
                     = ⅓ × 3,14 × 7² cm² × 3 cm
                     = 154 cm³
Piaget tersebut dapat diimplementasikan pada proses pembelajaran disekolah sesuai dengan teori perkembangannya itu sendiri. Implementasi pada pembelajaran matematika yang akan diterakan berikut hanya merupakan bentuk sebagian saja sebagai contoh yang cocok untuk pengetahuan dan pengembangan terhadap materi pembelajaran itu sendiri. Tentu yang terpenting adalah kesesuaian dengan pemilihan model, pendekatan serta metode dalam pembelajaran terhadap materi ajar.
Berikut contoh pembelajaran berdasar pada teori Piaget sesuai tahap perkembangan kognitif anak usia sekolah;
Pokok Bahasan           : Bangun Ruang.
Sub Pokoh Bahasan    : 
1.      Balok.
2.      Tabung.
3.      Prisma.
4.      Limas.
5.      Kerucut.
6.      Bola.
Pembelajaran di tingkat Taman Kanak-Kanak (TK).
-          Anak-anak baru hanya diperkenalkan dengan bentuk
-          Pembahasan hanya terbatas pada sub pokok bahasan yang terlihat kontekstual
-          Materi kubus cukup pada bentuknya, contoh aplikasi sekitar, serta warna jika ada.
-          Demikian untuk balok, bola dan yang lainnya dengan konsekuensi siswa mengetahui nama dan bentuknya saja.
Penjelasan;
Anak usia Taman Kanak-Kanak masuk kategori pra operasional pada perkembangan teori Piaget. Jadi anak-anak hanya mampu melihat gambar dan tidak berbentuk penalaran atas pengalamannya sendiri.
Pembelajaran ditingkat Sekolah Dasar (SD).
·         Anak sudah mulai di perkenalkan dengan pendalaman bentuk bangun yang dia ketahui tersebut.
·         Pengelompokan bangun juga mulai hanya diperkenalkan, bahwa kubus, balok dan yang lainnya termasuk bangun ruang.
·         Anak-anak juga berkontekstual dengan bangun-bangun tersebut sehingga ada pemahamannya tentang apa-apa saja yang terdapat pada bangun itu. Seperti kubus, tentu memiliki panjang, lebar dan juga tinggi.
·         Keterhubungan unsur yang dimiliki belum dijelaskan.
·         Melanjutkan pembelajaran di kelas-kelas berikutnya sampai pada operasi-operasi sederhana yang terdapat pada bangun itu.
Penjelasan;
Sesuai kurikulum pembelajaran tematik bangun ruang ini baru diperkenalkan dikelas II SD, itu artinya pembelajaran-pembelajaran sebelumnya tentu masih mengacu pada pra operasional. Dan pada pembelajaran selanjutnya di SD ini sudah memasuki tahap Operasi Kongkret sesuai teori perkembangan kognitif Piaget.
Pembelajaran ditingkat Sekolah Menengah (SMP dan SMU).
·         Anak diajarkan mengetahui bentuk, struktur, dan isi dari bangun-bangun ruang yang ada.
·         Tiap-tiap bangun ruang itu anak-anak diminta mengetahui cara menghitung luas sisi, volume serta bentuk permukaan dengan mengetahui bukaan dari bangun tersebut.
·         Aplikasi dengan dunia nyata juga penting dilakukan sebanagi aplikasi materi yang diajarkan.
·         Khusus dijenjang SMU hanya diperdalam dengan mengkaji unsur-unsur yang terdapat pada bangun ruang, disamping mengulangnya kembali pembelajaran itu.
·         Pembelajaran di SMU sudah sampai pada tingkat penalaran oleh pengalaman sendiri.
Penjelasan;
Materi bangun ruang di SMP diajarkan dikelas VII semester 2, itu artinya erat dengan keterstrukturan materi sebelumnya yang menjadi pendukung dalam pembelajaran materi ini. Anak di usia ini sudah masuk pada tingkat operasi formal, sesuai tingkat perkembangan kognitif Piaget.
Pembelajaran di Perguruan Tinggi.
·         Di perguruan tinggi bangun ruang sudah lebih didalami dalam satu mata kuliah geometri.
·         Pendalamannya lebih dikaji lagi dalam teori Van Hiele.
Penjelasan;
Materi ini siswa/mahasiswa sudah mengandalkan tahap deduktif, induktif, hipotesis dan logis. Tetapi tahap perkembangannya tetap berada pada operasi formal sesuai tingkat kognitif Piaget.
KESIMPULAN
1.  Guru sebagai seorang pendidik bukan hanya mengetahui teori – teori belajar, Tetapi harus mengetahui tahap – tahap perkembangan anak didik sehingga dapat membantu anak didik secara lebih tepat.
2.   Tahap perkembangan intelektual anak dibagi dalam 4 tahap yaitu:
a.       Tahap Sensorimotor (0 – 2 tahun)
b.      Tahap Persiapan Operasional (2 – 7 tahun)
c.       Tahpa Operasi Konkret (7 – 11 tahun)
d.      Tahap Operasi Formal (11 tahun keatas)
3.    Unsur penting dalam perkembangan kognitif yaitu:
a. Perkembangan organic dan kematangan system seraf
b. Peran latihan dan pengalaman
c. Interaksi sosial dan transmisi
d. Ekuilibrasi (keseimbangan)


           

DAFTAR PUSTAKA
Dkk, Karso. 1993. Dasar – Dasar Pendidikan  MIPA. Jakarta: Depdikbup
Hudojo, Herman. 1979. Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pelaksanaanya di depan kelas,  Surabaya : Usaha Nasional
Hudojo, Herman. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta : Depdikbud
Nasution. 1999. Kurikulum Dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Ruseffendi. 1995. Pendidikan Matematika . Jakarta : Depdikbud
Slameto. 2003. Belajar Dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta.
Suparno, Paul,Dr. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget, Yogyakarta: Kanisius.

 
Blogger Templates