Social Icons

Senin, 19 Desember 2016

PONCOREJO MEMBAWA KEMBALI PIALA JUARA UMUM KE PANGKUAN

 Gebang, 18 Desember 2016.
Pekan olah raga dan seni antar anggota IPNU-IPPNU Kec. Gemuh telah bergulir. Setelah kurang lebih 6 tahun yang lalu, tahun 2016 ini baru kembali dilaksanakan di Desa Gebang Kecamatan Gemuh.  Berlangsung dari Jumat s.d Minggu tanggal 16 s.d 18 Desember 2016 dengan diikuti oleh 11 pimpinan ranting dan 4 pimpinan komisariat sehingga total peserta adalah 15 kontingen.

poncorejo
Perolehan Piala Kontingan Poncorejo
Karnval

Pimpinan Ranting IPNU-IPPNU Desa Poncorejo membawa misi besar dan berat, yaitu mempertahankan juara umum PORSENI. Sempat pesimis akan bisa membawa pulang piala juara umum, karena persiapan yang kurang matang dan memang sedang vakumnya kegiatan IPNU-IPPNU Poncorejo beberapa bulan ini. Namun, kehendak Allah SWT masih menginginkan PR. Desa Poncorejo kembali menjadi juara umum PORSENI IPNU-IPPNU PAC GEMUH 2016 setelah tahun 2010 juga menjadi juara umum di kandang sendiri.
                Kegiatan PORSENI dimulai hari Jumat tanggal 16 Desember 2016 pukul 14.00 dengan diawali lomba karnaval. Kemudian malamnya berlanjut lomba CCA (Cerdas Cermat Aswaja) babak penyisihan, khitobah IPNU, khitobah IPPNU dan rebana. Malam pertama sedikit lega, karena tim CCA berhasil melaju ke final yang akan berlangsung hari kedua. Sedangkan khitobah dan rebana masih belum disampaikan peserta siapa pemenangnya.
                Hari kedua berlangsung ramai dan sangat padat untuk pelaksanaan cabang lomba.  Pagi hari berlangsung cabang olaharaga lari marathon, sayang kontingen Poncorejo belum mampu menyumbangkan poin dengan hanya finis posisi 4. Pukul 09.00  langsung 3 cabang lomba sekaligus, tenis meja, volly , dan kaligrafi. Alhamdulillah tenis meja menyumbangkan 2 medali perak atas nama Dona Wahyu Mustofa (16 thn) dan Fitriya Damayanti (14 thn) dan volly IPNU masuk semifinal. Sedangkan volly IPPNU harus langsung terhenti oleh MTS NU 09 Gemuh. Sedangkan Kaligrafi belum bisa dipastikan.
karnaval poncorejo
Sebagian peserta Karnaval Kontingen Poncorejo
                Sesi kedua hari Kedua mulai pukul 13.00. pada sesi ini berlangsung 3 cabang lomba, yaitu: Catur, Mars, MTQ dan melanjutkan volly babak semifinal. Perolehan emas pertama berhasil didapatkan pada hari kedua dari cabang Catur IPNU atas nama Ericko (14 th) Sedangkan IPPNU terhenti di penyisihan melawan Desa Sedayu. Mars dan MTQ kembali belum bisa dipastikan karena belum diumumkan.
                Sesi ketiga hari kedua  jadwalnya harus dimulai pukul 19.00 namun karena ada Final piala AFF 2016 maka diundur dan mulai pukul 21.00. Terdapat 3 jenis lomba malam itu yaitu Fashion show, MTB dan CCA final. Sayang ashion show gagal masuk babak final. Sedangkan CCA  berhasil menyumbangkan perak ketiga setelah di babak final harus berakhir sama dengan tim MTS NU 08 Gemuh yaitu 1.050 poin. Akhirnya diberi pertanyaan tambahan, namun berhasil diambil oleh MTS NU 08 Gemuh. Tim CCA terdiri atas (Wahyu, Fitriya Damayanti dan Hurulin Khoirun Nisa).
                Esoknya semua atlet dan official PR.IPNU-IPPNU Poncorejo merapatkan barisan menuju lapangan sepak bola desa Gebang untuk memberikan dukungan kepada tim volly IPNU yang berhasil masuk ke babak final melawan PR. Sedayu. Alhamdulillah dengan perjuangan yang keras dan pertandingan yang sengit tim volly berhasil mempersembahkan medali perak.

                Sekali lagi selamat atas raihan prestasinya bagi Pimpinan Ranting IPNU-IPPNU Desa Poncorejo karena telah meraih dan mempertahankan gelar juara umum PORSENI PAC Gemuh Tahun 2016. Kalian bisa membuktikan bahwa PR. Poncorejo tidak hanya jago kandang namun bisa menunjukkan kemampuannya di kandang orang (walaupun cuma tetangga sebelah). Semoga ini bukan hanya euforia sementara. Lanjutkan perjuangan dengan mengkatifkan kegiatan rutin IPNU-IPPNU Desa Poncorejo dan turut serta membangun desa tercinta :)

poncorejo juara umum porseni

PONCOREJO JUARA UMUM PORSENI
Penyerahan Piala Juara Umum PORSENI

Tim Rebana
Tim CCA(Cerdas Cermat Aswaja)

Aksi Tim Rebana

Aksi TIm Rebana
Penyerahan Piala MTQ IPPNU

Aksi Tim Rebana
Kontingen Poncorejo Kaligrafi IPNU
Kontingen Poncorejo Kaligrafi IPPNU
Penyerahan Piala Lomba Tenis Meja IPNU
Tim MTB IPNU
Atlet Catur IPNU
Tim Volly IPNU
Kontingen Tenis Meja





Ketua IPNU-IPPNU Ranting Poncorejo 
MTQ IPPNU Poncorejo









Fashion Show Poncorejo
PONCOREJO PORSENI
Official dan Atlet Kontingan PONCOREJO






Rabu, 14 Desember 2016

Rasa(n) Guru

Berakhirnya masa kuliah bergelar sarjana pendidikan sudah sepatutnya saya bertanggungjawab dengan terjun ke dunia yangmana telah disiapkan untuk saya. Baru seminggu memasuki dunia pendidikan sebagai guru honorer telah memunculkan banyak sekali perenungan. Kenyataan di lapangan yang tidak sesuai dengan teori yang dipelajari, sudah lama saya prediksi dan terbukti. Namun, permasalahannya tidak sampai di situ. Ini lebih ke dalam idealisme. Namanya anak muda, yang menjadi senjata terkahir adalah idealisme.
Siswa pertama saya, sebagai guru semi resmi

Ketika teori tidak sesuai dengan lapangan dapat disiasati dengan bertanya kepada guru yang lebih senior. Namun ketika mengenai idealisme maka harus melalui pertempuran hati. Saya adalah tipe orang yang nonformal. Tidak suka dengan peraturan yang terlalu ketat, maka saya menghadapi murid-murid dengan santai, yang penting kenakalan mereka tidak keluar dari wajar kenakalan anak-anak. Kedua, saya lebih menekankan pada sikap dan perilaku. Lebih baik sikapnya terpuji daripada nilai bagus. Kalau bisa sih, dua-duanya. Namun, kalau tidak bisa, maka sikap adalah yang utama. Saya akan lebih cerewet kalau tentang sikap. Untuk nilai, itu karena sesuai kapasitas kemampuan otaknya masing-masing walau bisa dipaksakan, tetapi tidak begitu signifikan perubahannya. Sedangkan sikap memamng harus ditempa, karena terkait kemauan mengontrol diri. Kalau tidak dilatih dan diarahkan akan sulit dibentuk ketika dewasa (bukan tidak mungkin). Sedangkan kurikulum menuntut kemampuan anak tertuang dalam nilai yang baik :).



Lebih berat lagi perihal Ing Ngarsa Sung Tuladha. Sungguh sangat sulit. Namun tidak saya ambil pusing. Karena tidak ada manusia yang sempurna, bahkan seorang Nabi pun tidak sempurna. Pasti pernah melakukan kesalahan. Sedangkan saya manusia biasa, pastinya mempunyai sifat-sifat manusiawi yang tidak bisa dihilangkan walaupun masih bisa dikurangi. Sebagai guru dianggap masyarakat sebagai panutan yang bisa ditiru. Kalau bisa mengusahakan menjadi manusia panutan alangkah bagusnya. Namun kalau masih belum bisa, minimal jangan  menunjukkan kejelekan atau perilaku tidak terpuji di depan anak didik. Itu prinsip saya. Kalau tidak sengaja terlihat atau nampak, maka jangan segan meminta maaf. Ini malah bisa menjadi contoh kepada anak-anak. Kalau tidak ada manusia yang tidak berbuat salah. Yang terpenting kita berani mengakui kesalahan dan meminta maaf namun tetap berwibawa dan tidak menurunkan kepercayaan anak-anak kepada kita.
Kita sebagai lulusan pendidikan tinggal memilih menjadi guru, pendidik atau pengajar?.  Sedangkan saya berusaha untuk masih memegang idealisme saya. Bahwa siswa atau anak-anak memiliki keunikan masing-masing. Saya sampaikan selalu kepada mereka, sikap adalah yang utama. Nilai Ibu bisa beri. Yang terpenting kita belajar bersama saling mengingatkan bagaimana baiknya bersikap.
#################@@@@@@@@@@@@@@@@@@###################



Tak cukup permasalahan disekolah, tanggung jawab besar juga tertera saat kembali ke kampung halaman. Walaupun tempat kuliah hanya berjarak 45 Km dan masih bisa pulang sebulan sekali. Rasanya saya sudah terlalu mengenal lagi kampung halaman saya. Berdosa sekali kan?.  Prinsip saya yang selalu saya junjung adalah bermanfaat bagi sekitar. Tentu tidak mudah. Namun saya mencoba memulai dari awal. Dengan mengikuti kembali aktivitas di desa, guyub dengan pemuda. Sekadar nguri-nguri kegiatan. Saya bukan tipe yang mempunyai mimpi muluk-muluk. Sesedarhana saja, menjadi baik, bermanfaat bagi sekitar walau itu cuma lingkup tempat tinggal. Syukur-syukur bisa menjadi inspirasi bagi orang lain. Karena akan sangat berdosa sekali, ilmu yang kita raih. Pendidikan yang kita tempuh kalau tidak bisa menjadikan pribadi sebagai layaknya seorang terdidik :) 

Selamat menjadi pendidik, kita niatkan saja untuk menjadikan siswa kita menjadi baik, bukan hanya tentang pelajaran, namun lebih ke perilaku.
Ketika kita benar mencotohkan 2 pahala insyaAllah pahalanya, namun ketika kita berbuat salah inyaAllah masih ada 1 pahala yang tersemat. Karena dengan berbuat salah, orang lain masih bisa mengambil pelajaran dengan tidak mengulangi kesalahan yang dilihatnya. Wallahu'alam.

Kamis, 08 Desember 2016

JUST FOR MY MOM (Karena Do’a Ibu)

Alhamdulillah saya panjatkan kepada Allah, akhirnya saya mendapat tambahan nama di belakang nama akta kelahiran. Gelar S.Pd. secara resmi telah menambah tenaga ekstra untuk menulis identitas tahun-tahun mendatang. Tambahan nama ini saya persembahkan untuk Ibunda tersayang yang merupakan asisten sutradara dari Allah yang “menjerumuskan” saya masuk ke dunia pendidikan ini :) .

            Cerita ini harus saya mundurkan 5 tahun ke belakang untuk memulainya tepatnya ketika saya duduk di kelas 12 SMA. Disela kesibukan kami mempersiapkan ujian nasional. Kami juga telah disibukkan untuk mulai memilih dan memilah guna menentukan perguruan tinggi mana yang akan kita masuki atau lebih tepatnya kita usahakan untuk dimasuki. Saat itu nilai raport saya menempatkan kesempatan untuk mendapat undangan memilih universitas yang akan dimasuki. Tahun itu masih bernama SNMPTN Undangan, yang mana kami  hanya berbekal nilai raport dari Kelas 10 sebagai perhitungan untuk masuk di sebuah perguruan tinggi tanpa mengikuti tes.
            Pengisian formulir berlagsung sedikit menguras tenaga dan pikiran. Salah satu guru BK saya sudah memberikan peringatan bahwa ketika memilih prodi harus sesuai dengan jurusan SMA nya (Padahal saat saya sudah masuk universitas, banyak yang masuk tidak sesuai jurusannya). Sepulang sekolah saya mencari tahu lewat internet dan mendapati bahwa ternyata prodi di universitas memiliki kategori bidangnya masing-masing. Mulai dari prodi IPA, IPS, Bahasa. Nah, sayangnya prodi PGSD merupakan prodi yang berjurusan IPS. Sesampainya di rumah lekas saya mendiskusikan dengan ibu mengenai hal ini. Ibu pun akhirnya melepaskan keinginannya agar saya memilih PGSD di formulir SNMPTN Undangan kali ini. Akhirnya saya memilih Kehutanan UGM dan Pendidikan Kimia di UNNES kalau tidak salah. Singkat cerita, entah memang saat itu Ibu diam-diam masih menginginkan saya memilih PGSD atau yang lainnya. Tetapi, saya percaya skenario Allah SWT untuk tidak meloloskan saya di SNMPTN Undangan adalah salah satunya dari do’a Ibu atau harapan Ibu. Bagaimana mau lolos, ketika saya mau mengirimkan persyaratan online ke sistem saja selalu bermasalah. Setiap istirahat anak-anak yang mendapat formulir Undangan akan ke perpustakaan dengan dibantu petugas perpus melengkapi persyaratan untuk Undangan. Ketika giliran saya, selalu saja bermasalah. Di layar sudah terkirim, namun ketika selanjutnya saya cek selalu belum masuk ke sistem mereka. Ini yang namanya takdir :). 
            Hasil dari SNMPTN Undangan sudah bisa ditebak, bahwa saya tidak lolos. Banyak yang menyayangkan. Namun tidak apa-apa, karena ada skenario lain untuk saya. Selanjutnya sayamembulatkan tekad harus berjuang di ujian tertulis SNMPTN. Untuk tes tertulis saya langsung banting setir dari jurusan SMA. Karena saya tahu keinginan Ibu hanya ingin anaknya masuk PGSD maka saya memutuskan untuk membeli formulir IPS yang saya isi dengan prodi PGSD dari 2 Universitas ternama di Jawa Tengah. Otomatis saya harus belajar mengenai Sosiologi, Ekonomi, Geografi lagi dari awal yang sudah 2 tahun ini tidak saya sentuh, dan meninggalkan atau sejenak melupakan Kimia, Fisika, Biologi :v. Alhamdulillah do’a Ibu sangat manjur. Persiapan 1 bulan penuh mengahdapi SNMPTN tulis berbuah manis. Saya dinyatakan lolos di PGSD UNNES.
anis saidah rahman
Kartu Ujian SNMPTN Tulis

Kalau tidak ada kejadian saya tidak lolos SNMPTN undangan mungkin saya akan tetap kekeh menuruti ego saya untuk melanglang buana ke hutan atau menjelajah Indonesia dengan profesi saya nanti. Walaupun sempat terjadi perdebatan panjang akhirnya saya luluh menurut pada Ibu. Beliau malam itu mengeluarkan wejangannya. Jarang sekali Ibu mengucapkan kata-kata yang sensitif berbau nasehat.
Karena prinsip beliau adalah “Silahkan lakukan semau yang ingin kamu lakukan, tapi bertanggungjawablah, jangan mengeluh dan terima resiko yang ada”. Malam itu Ibu mengeluarkan pendapatnya mengenai masa depan kehidupan saya. Padahal selama ini saya melakukan semuanya sekehendak saya. Segala pencapaian dari ranking 1, juara lomba atau pencapaian yang lainnya adalah murni keinginan saya, tidak pernah orang tua mengharapkan anaknya harus rangking 1 atau ikut berbagai kegiatan. Sedikit pembicaraan yang berbobot malam itu adalah membahas masa depan saya. Yang mana masa depan saya dimulai dari pemilihan jurusan kuliah saya.
“ Jenenge wong wedok, kerjo iku sampingan. Diniati mung mbantu keluargamu, mbantu bojomu sokmben. Ojo nganti kuwalik. Tugas utamane yo ngurus keluarga.
Nek awakmu dadi guru, kerjone mung setengah dina. Balek sekolah bisa ngurus anakmu lan keluargamu.
Dadi guru yo iso dadi amal jariah sok mben nang akhirat. Itung-itung ngamalke ilmu.”
Artinya
“ Sebagai seorang wanita, bekerja itu sampingan. Hanya untuk membantu perekonomian keluarga dan suami. Jangan sampai terbalik. Sedangkan tugas utamanya adalah mengurusi keluarga.
Ketika kamu menjadi guru, kamu bekerja hanya setengah hari. Pulang sekolah bisa dimanfaatkan untuk mengurusi anak dan keluarga.
Menjadi guru juga bisa sebagai ladang amal jariyah di akhirat. Niatkanlah untuk mengamalkan ilmu”
            Tidak saya pungkiri orientasi kuliah waktu itu adalah kerja. Perkataan itu saya renungkan ketika di dalam kelas. Selalu saya perhatikan guru-guru yang di depan. Saya pikirkan lagi dan lagi bagaimana baiknya.  Akhirnya saya luluh dengan pertimbangan mungkin jalan saya akan dipermudah jika menuruti kemauan Ibu. Saya selalu menurut pada Ibu akhir-akhir ini. Semenjak peristiwa yang paling membahayakan yang saya alami. Peristiwa itu terjadi ketika awal kelas 3 SMA. Saya ketika itu mengikuti les di kota Kendal. Saya bersama seorang teman selalu berboncengan naik motor ketika les. Pulang dari les pasti mendekati maghrib. Hari itu giliran memakai motor saya. Dari tempat les hampir maghrib namun kami paksakan pulang karena acara.
Di perjalanan selepas adzan maghrib saya masih bisa SMS adik teman saya untuk menjemput kakaknya. Namun, setelah itu saya tersadar sudah dalam posisi tertidur dan mendapat bantuan orang. Sepertinya kami jatuh. Lekas saya mencari tas saya yang berisi laptop milik kakak. Terdengar sayup suara “Kae, nang ngisor tronton!”. “Itu, di bawah mobil tronton!”. Tas berisi laptop sudah berada jauh di bawah mobil tronton yang berhenti di tepi jalan. Bergegas saya ambil, alhamdulillah masih utuh hanya sebagian tas yang sobek. Terlihat teman saya sudah dibantu warga ke salah satu rumah, sebelum menyusulnya, sempat saya menanyakan keberadaan motor saya dan meminta tolong warga menepikan ke depan rumah yang akan saya tuju (yang ada dipikiran saya waktu itu adalah antisipasi Polisi). HP teman saya hilang, sedangkan HP saya sudah tidak berdaya. Ternyata rumah itu adalah bibi teman saya. Langsung saya meminjam HP untuk mengabari Ibu, sedangkan penghuni rumah itu sibuk melihat kondisi teman saya yang ternyata bagian tangannya terluka. Setelah dicek sebentar oleh pamannya dia kemudian dinaikkan becak menuju RS Soewondo Kendal. Mengantarnya ke depan, saya masih linglung melihat keadaan jalanan malam itu dan bingung arah serta lokasinya. Setelah teman saya pergi, saya beristirahat di ruang tamu sambil mencoba menghubungi Ibu di rumah. Dosa saya saat itu adalah meminta Ibu jangan sampai Bapak tahu tentang hal ini. Tibalah Ibu bersama kedua kakak saya, sesampainya di rumah saya bersikap biasa saja, walau di bagian pinggang sedikit nyeri. Langsung menuju ke kamar ketika Bapak bertanya “kok ndadak di jemput”, hanya Ibu yang menjawab, “Kebanan”. Ibu menyusul ke kamar dan melihat kondisi dengan lirih mengucapkan “Ora sia-sia saben bar sholat Ibumu iki terus ndongake anak-anake ben slamet” ( Tidak sia-sia Ibumu ini selalu selepas sholat mendo’akan anak-anaknya agara diberi keselamatan). Satu kalimat yang membuat hati saya terenyuh. Jarang sekali saya menangis. Bahkan untuk persitiwa yang sesedih-sedihnya. Tapi ketika itu saya meneteskan air mata. Bukan karena rasa sakit namun keharuan dari rahasia yang diungkap Ibu.
Saksi Bisu
Esoknya, ternyata teman saya sudah dirujuk ke RS Tugu Semarang. Pacarnya yang memberi tahu saya dengan cukup kaget juga melihat kondisi saya kok bisa berangkat sekolah padahal pacarnya saja mengalami patah tulang. Namun saya terlihat baik-baik saja. Saya masih memakai motor dan seragam yang sama. Motor hanya sedikit tergores membulat kecil di bagian “slebor”. Sedangkan seragam saya hanya sobek kecil seperti jatuh biasa dibagian rok. Persitiwa itulah yang menyadarkan saya dengan sangat sadar bahwa do’a orang tua terutama Ibu dikabulkan Allah. Dan sampai detik ini Bapak saya tidak tahu-menahu mengenai kejadian itu. Bekas jatuh di motor hanya ditempeli stiker kecil. Beliau kira saya hanya jatuh kecil di sekolah. Tidak tahunya itu telah memakan korban tulang yang patah di bagian lengan atas. (Setelah artikel ini rilis, jangan beritahu Bapak yaaaaaa :D )

Kita tinggalkan sejenak cerita tersebut. Kembali ke cerita tentang proses kuliah. Alhamdulillah saya diterima di UNNES prode PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar). Ini pasti do’a Ibu. Terbukti, banyak teman yang berjuang bersama mengikuti tes yang saat itu dilaksanakan di UNDIP selama 2 hari banyak yang tidak lolos. Ketika malam telah pengumuman saya sebenarnya keesokan harinya sudah terjadwal untuk mengikuti tes masuk di IKIP PGRI (sekarang Universitas PGRI Semarang). Karena sudah terjadwal, saya ikuti saja tesnya bersama teman-teman yang masih sama saat berjuang di SNMPTN Tulis.
 Selama perkuliahan sebenarnya masih ada pertentangan dalam hati saya mengenai jurusan PGSD. Ketika SMA saya tidak ingin jadi guru karena apakah iya seluruh hidup saya dihabiskan di sekolah. mulai dari TK, TPQ, SD, MDA, SMP, SMA, Kuliah dan nantinya kerja di sekolahan. Tapi lambat laun perasaan itu menghilang dengan sendirinya. Saya mulai menikmati berada di dunia pendidikan. Sebenarnya cita-cita sewaktu kecil kalau ditanya memang ingin jadi guru. Tapi guru yang bukan di sekolah. Guru yang bisa keliling ke daerah-daerah menyatu bersama alam J .
Dunia pendidikan yang saya lihat selama ini tidak sesimpel pemikiran saya. Apalagi guru SD. Ternyata banyak sekali yang harus dikerjakan dan dipertimbangkan dalam berinteraksi dengan peserta didik. Guna membentuk manusia yang lebih baik lagi. Dengan gaji guru yang ala kadarnya. Tapi dengan beban hidup yang alangkah besarnya. Mereka rela membagi waktu memenuhi tugas dan memenuhi kebutuhan. Saya bisa mengatakannya karena Ibu adalah guru SD. Perjuangan beliau hijrah dari Yogyakarta tanah kelahirannya ke Jawa tengah meninggalkan keluarga tercinta adalah demi menjadi seorang guru. Niat saya pun sudah bulat. Profesi guru adalah lahan beramal, untuk amal jariyah yang tidak akan mati walau jasad kita sudah terbujur di peti. Semoga selalu istiqomah dan teringat di hati.  
Perjuangan untuk menjadi guru ternyata mengalami masalahnya di penghujung perkuliahan. Tugas akhir skripsi menjadi momok tersendiri. Selalu saya meminta do’a Ibu untuk melancarkan jalan mencapai gelar Sarjana Pendidikan ini. Di tengah perjuangan itu, Ibu memberikan tawaran sulit. Saya diminta mengisi sebuah kelas yang gurunya tidak jelas keberadaannya. Saya coba sehari, namun pikiran saya masih tertuju pada skripsi. Akhirnya saya melepaskannya, itu sekitar Januari 2016, yang mana kesibukan saya hanya menyelesaikan skripsi. Sudah tidak ada kuliah lagi di kelas. Namun, alkhamdulillah ada tawaran lain dari tempat les yang dulu saya ikuti, tidak berpikir panjang saya terima karena sesuai waktunya dan bisa sebagai investasi lahan pekerjaan sampai nanti saat sudah lulus.
Penyelesaian skripsi ternyata tidak semudah rencana yang telah kita susun. Ada saja halangan dan rintangannya. Saya bisa mengaktegorikan 3 faktor yang memiliki kuasanya di bagian ini. Pertama, tentunya Tuhan YME, jika diulurkan lagi lebih jauh Tuhan memiliki kaki tangan yaitu orang tua, karena ridho orang tua adalah ridho Tuhan. Kedua, birokrat yang di dalamnya terdapat Dosen, Kampus dan Subjek penelitian. Ketiga, adalah mahasiswa. Sesulit apapun cobaan yang dihadapi   jika mahasiswanya tetap memupuk semangat dan selalu berdo’a kepada Tuhan, serta meminta do’a kepada orangtua dan tidak lupa mendo’akan guru, dosen untuk selalu diberi kesehatan dilapangkan hatinya, maka tinggal keputusan Tuhan yang memiliki kuasa ketok palunya.
Salah satu pemacu semangat untuk menyelesaikan skripsi ini adalah sekali lagi Ibu. Selalu beliau bertanya, “bagaimana skripsinya?” dan pertanyaan itu baru bisa terjawab masih proposal sekitar bulan Februari s.d April. Hingga sekali lagi entah mulai dari mana percakapan ini hingga menjurus ke perasaan bersalah. “Kalau bisa, lulus 8 semester. Biar Ibu bisa istirahat. Uangnya bisa buat yang lainnya.”. Maklum, semenjak Ibu memutuskan untuk memasukkan saya ke perkuliahan ini Bapak sudah tidak bisa membiayai. Bapak inginnya saya mondok. Jadi mau tidak mau Ibu yang membiayai semuanya. Bapak hanya bisa memfasilitasi sepeda motor yang sudah diberikan semenjak SMA. Rasa bersalah kembali lagi muncul ketika Ibu mengungkapkan keinginannya untuk saya bisa memanfaatkan kesempatan yang dahulu pernah ditawarkan yaitu mengajar di sekolah tempat Ibu bekerja. Kebetulan akan ada kelas kosong, karena ada satu guru yang bermasalah dan akan pindah. Otomatis saya memasang target Juli 2016 ketika tahun ajaran baru 2016/2017 dimulai saya sudah lulus. Namun, kembali kenyataan berkata lain. Sampai tahun ajaran baru saya hanya mampu sampai menyelesaikan Bab V. Belum sampai dinyatakan lulus. Dengan sedikit berdiskusi dengan Ibu saya akhirnya memutuskan untuk memberanikan diri menerima tawaran masuk ke sekolah Ibu. Karena Kepala sekolah sudah memberikan sinyal kalau saya tidak masuk ajaran baru, maka akan mencari guru lain. Dengan konsekuensi yang sudah saya siapkan untuk terima yaitu skripsi yang pasti akan semakin terhambat. Karena domisili sudah di Kendal saya terima tawaran itu dan menjadi guru “selundupan” J
Kembali, keajaiban Tuhan berbicara. Selang seminggu setelah saya menjadi guru gadungan dan harus laju Kendal-Semarang, saya mendapat jadwal sidang skripsi. Dijadwalkan tanggal 26 Juli 2016. Seminggu dari keluarnya jadwal. Saya meminta cuti seminggu untuk mempersiapkannya. Karena dosen penguji utama adalah beliau yang sudah terkenal kedisiplinan, ketelitian dan kewibawaannya yaitu Dr. Eko Purwanti. Sempat panas dingin selama persiapan sampai hari H. Alhamdulillah beliau yang ditakutkan tidak semenakutkan seperti biasanya. Sidang juga berjalan lancar walau sambil menahan batuk, menggigil di ruangan ber AC.  Masih harus berjuang kembali. Saya kembali ke Kendal dan bolak-balik ke Semarang setiap harinya setelah pulang sekolah dan pulang Kendal malamnya lagi untuk menyelesaikan revisi skripsi. Baru sebulan kemudian saya sudah bisa bernafas lega karena dinyatakan lulus tepat sehari sebelum perayaan Indonesia merdeka yaitu tanggal 16 Agustus 2016, inilah kemerdekaan sesungguhnya bagi saya di tahun ini. Akhirnya saya sedikit bisa mengurangi intensitas perjalan jauh Kendal Semarang ketika sudah dinyatakan lulus. Walaupun akhirnya pengorbanan yang sesungguhnya akhirnya saya dapatkan. Ketika kenyataan yang cukup pahit harus didapatkan. Ketika hanya selang 3 jam sebelum saya mendaftar wisuda ternyata kuota wisuda terdekat sudah ditutup. Mencoba mengihklaskan saya harus menunggu 4 bulan lagi untuk mendapatkan ijazah yang sudah ditagih terus menerus oleh Kepala Sekolah.

anis saidah rahman, wisuda
Toga untuk Ibu
Mendekati wisuda sudah tidak begitu antusias lagi. Karena dunia saya sudah di sini. Sekolah dasar tempat mengabdi. Saya menantikan wisuda hanya untuk segera mendapatkan ijazah sebagai persyaratan pendataan dapodik. Wisuda kali ini pun saya memakai seperti apa yang Ibu inginkan. Dari pakaian sampai sepatu. Yah karena saya merasa ini adalah wisudanya Ibu. 4 tahun lalu kami  masih berdebat tentang saat ini. Dan ujung jalan ini, gelar sarjana pendidikan tersemat di belakang nama anak ragil perempuan satu-satunya adalah keinginan Ibunda tercinta. Semoga sedikit membuat senyum tersemat. Dan sedikit mengurangi beban beliau. Semoga bisa menjaga amanah ini untuk menjadi pendidik yang baik dan sesuai dengan niatan awal, ketika pertama kali memutuskan untuk mengambil jalan ini. 

anis saidah rahman


Rabu, 30 November 2016

Tak Ada Jeda

Penghujung tenggat waktu normal masa perkuliahan S1 seakan berlalu cepat. Seperti mengendarai sepeda motor dengan kecepatan 40 km/jam namun dijalanan yang sudah berute Kecepatannya terbilang sedang, tidak terlalucepat, lambat juga tidak, sedang-sedang saja. Tiba-tiba saja sudah sampai di penghujung jalan. Namun, saya sangat menikmati perjalan rute kali ini. Udara sepoi bau kelulusan selalu memberikan semangat entah dari mana saja. Jalanan yang tidak selalu mulus terkadang berlubang bekas hujan tadi malam hanya memberikan sakit punggung karena terkadang tidak terlihat dan saya trabas begitu saja, atau pun kalau saya melihat kubangan itu, saya sedikit mengurangi kecepatan sejenak dan kembali ke kecepatan semula setelah berhasil melewatinya. Yang saya tahu bahwa ujung jalan ini adalah kata “LULUS”.
Ada beberapa tahapan yang harus dilewati dalam perjalanan kali ini yaitu PPL- KKN- SKRIPSI. Terlihat bagai perjalanan panjang, namun ketika saya menoleh kebelakang, ternyata sudah begitu jauh pencapaian yang saya dapatkan hingga dapat sampai di titik penghujung perjalanan ini sudah 6 semester atau 3 tahun berlalu. 6 semester yang tidak terasa, cepat sekali terlewati mungkin masih terbawa suasana huforia SMA atau karena  tergerus kesibukan aktivitas kuliah, organisasi dan tentunya kegiatan jalan-jalan J.
Dahulu, memasuki semester 6 rasanya sudah tidak sabar melewati satu semester  untuk segera menjemput semester 7 dan 8 yang dalam bayangan saya pasti akan sangat menantang dan menyenangkan. Memang dasarnya jiwa saya tidak suka terkukung dalam sebuah kotak yang disebut ruangan. “Memang sewaktu PPL tidak dalam ruangan ?”. perasaannya berbeda saja, ketika PPL memang di dalam ruangan kelas, namun kondisinya kan sudah berada di luar kampus, tekanan yang di dapat juga berbeda. Apalagi tuntutannya J. Ketika menjalani praktik di SD malahan saya sempat terpikir, kegiatan magang seperti ini harusnya dilaksanakan tidak cukup sekali. Mungkin dapat direncanakan setiap akhir semester genap, entah satu minggu atau 2 minggu terjun  ke sekolah. pasti akan menyenangkan. Karena ilmu atau teori kita 2 semester itu akan langsung dipraktekkan dan lebih mengena kalau kita menganilisis sendiri antara teori dan praktek untuk memperoleh ilmunya. Kalau menunggu PPL menurut saya terlalu lama, keburu lupa teori yang disampaikan di semester awal. Walaupun sudah banyak orang mengatakan “ Jauh berbeda antara teori di bangku kuliah dengan praktek di lapangan”. Lalu untuk apa kuliah ?. “Melegalkan gelar” pikir saya.
Sekilas PPL. Saya PPL di SDN 2 Petompon. Merupakan SD inti di Gugus Sudirman termasuk Kecamatan Gajahmungkur.  SD ini terpilih dalam tenggat waktu sampai beberapa detik dan saya memenuhi kuota satu orang terakhir di SD ini. Pemilihan lokasi PPL harus berebut dengan memanfaatkan kelancaran internet. Sampai-sampai satu kos harus merencanakan untuk ke warnet sehingga bisa cepat mengakses laman PPL dan bisa leluasa memilih SD. Namun, takdir berkata lain. Rencana berantakan dan semuanya tidak bisa dalam satu SD yang sama.
anis saidah rahman, ppl, unnes
Personil Guru-Guru Praktikan di SD Petompon 02 Tahun 2015
Belum sampai 3 hari setelah perpisahan PPL di sekolah. Mahasiswa UNNES sudah harus mengikuti pembekalan KKN dan penerjunan 4 hari kemudian. Jeda waktu yang begitu tidak terasa. 1,5 bulan di Desa Satriyan Batang Jawa Tengah pun berlalu tanpa terasa dengan kesibukan program-program yang terancang. Setelah kami melalui penarikan dari lokasi KKN, kami pun sudah dinanti oleh segala macam pembekalan skripsi.
anis saidah rahman, kkn, unnes, desa satriyan

Semua jadwal sudah tersusun mengenai program penyusunan skripsi yang dijadwalkan oleh jurusan maupun fakultas. Hal ini karena angkatan kami spesial. Sejak dahulu kala, jenis penelitian untuk memenuhi tugas akhir kami adalah penelitian tindakan. Namun, mulai angkatan kami berbeda. Sudah tidak diperbolehkan lagi untuk mengambil jenis penelitian tindakan. Karena kami belum memiliki profesi atau bukan profesional. Jadi mata kuliah tentang penelitian yang selama ini diajarkan pun tidak pernah keluar dari PTK. Namun di awal semester 8 ini kami harus membuat penelitian yang hampir belum pernah kami pelajari.
Kondisi tersebut yang membuat khususnya angkatan 2012 PGSD mengalami keterlambatan pengerjaan skripsi. Secara resmi kami baru mulai pengerjaan skripsi bulan Februari 2016. Walaupun demikian alhamdulillah, bulan November 2016 sudah sekitar 85 % telah wisuda.
Selama masa pengerjaan skripsi terdapat pasang surut semangat dan kesibukan lain. Mulai dari awal skripsi, sekitar bulan Januari yang mana sekolah telah memulai tahun ajaran semester 2. Tawaran dari SD yang Kepala Sekolahnya telah mengenal saya dengan baik. Saya diminta untuk mengisi kelas yang gurunya bermasalah karena tidak pernah berangkat. Tawaran itu saya coba satu hari. Tetapi, pikiran saya masih terngiang dengan skripsi. Maka akhirnya sudah cukup sehari saja. Tidak lama berselang muncul tawaran lagi dari PRIMAGAMA. Tawaran tersebut langsung saya terima karena waktunya juga cukup memungkinkan untuk disambi bimbingan skripsi. Primagama ini adalah bimbel di Kendal yang dulu saya pernah mendapat beasiswa bimbingan gratis.

Pengerjaan skripsi sangat dibatasi oleh waktu. Karena orang tua mentarget untuk selesai hingga tahun ajaran baru 2016-2017 dimulai yaitu 18 Juli 2016. Sehingga bisa memasuki sekolah yang dahulu sempat menawari pekerjaan.  Berarti maksimal Juli 2016 harus sudah selesai. Namun, kenyataan berkata lain. Hingga libur idul fitri datang saya belum sidang. Walaupun bisa dikatakan skripsi saya sudah hampir selesai. Tinggal menunggu melengkapi berkas persyaratan persidang namun sudah keburu libur puasa dan hari raya Idul Fitri.
Setelah idul fitri Ibu menegaskan kembali. Mau diambil atau tidak tawaran dari sekolah. akhirnya setelah melalui perenungan saya beranikan diri untuk mengambil sebuah kesempatan emas ini. Walaupun secara tidak langsung saya berani mengorbankan waktu penyelesaian skripsi. Akan tetapi beruntungnya saya, selang seminggu menjalani pekerjaan sebagai guru “abal-abal”, jadwal sidang skripsi saya keluar dan itu adalah seminggu yang akan datang yaitu tanggal 26 Juli 2016. Setelah sidang saya harus laju dari Kendal ke Semarang hampir setiap hari untuk menyelesaikan skripsi dan Alhamdulillah tepat sehari sebelum peringatan hari kemerdekaan Indonesia tanggal 16 Agustus 2016 saya dinyatakan lulus karena telah menyelesaikan revisi dan melengkapi berkas. Jadi merdeka tahun ini menurut saya adalah kemerdekaan dari per-kuli-ahan tepat saat peringatan kemerdekaan Indonesia.
Tak berhenti sampai begitu saja. Perjuangan masih berlanjut. Saya harus melengkapi berkas untuk dapat mendaftar wisuda. Dan alhamdulillah bisa mendaftar wisuda walaupun ketika bulan agustus mendaftar, kuota sudah penuh untuk wisuda periode III di bulan Oktober 2016. Yah ketika mendapat rezeki harus berani dan mengikhlaskan sesuatu yang lain. Mungkin memamng belum rezeki ikut periode III. Rezekinya ikut periode IV bulan November 2016.
Begitulah kisah tak ada jeda dari kehidupan sampai detik ini. Dahulu dimulai ketika memasuki usia sekolah TPQ, kemudian paginya masuk ke TK, berlanjut ke SD kemudian ke SMP dari SMP juga langsung ke SMA. Ketika SMA sebelum luluspun sudah disibukkan persiapan pendaftaran ke Universitas. Padahal setelah dari Universitas sebenarnya ingin sedikit membuat jeda, sekadar jalan-jalan liburan beberapa hari. Namun tidak kesampaian :) 


Rabu, 27 Juli 2016

Ada Apa dengan Hari Selasa ?


H-7, Selasa 19 Juli 2016
Aktivitas pagi dimulai dengan amanah baru yang sudah ditawarkan kepada saya, namun pukul  11.00 harus izin dan segera ke kota perantauan untuk menyelesaikan tanggungjawab utama. Sekitar 1 jam dengan mengendarai kuda besi sampailah pada kampus tercinta. Rute perjalanan ini sering saya lewati akhir-akhir ini untuk bolak-balik Kendal-Semarang setiap harinya semenjak libur lebaran tahun ini.  Sesampainya di kampus saya sudah terlambat karena dosen kedua saya sudah tidak berada ditempat. Akhirnya saya hanya mengurus akhiri bimbingan pada dosen pertama saja sore harinya dan kembali ke Kendal kembali badha maghrib.

***
H-6, Rabu 20 Juli 2016.
Tidak mau terlewat seperti kemarin  saya berangkat dari Kendal pukul 09.00. Tiba di kampus segera mungkin saya menemui dosen pembimbing yang beberapa waktu lalu selalu terlambat saya temui. Kali ini tepat beliau masih duduk manis dikursinya. Disambut dengan senyum manis, beliau menyampaikan kalimat “Kenapa kesini nis?, bukannya saya sudah akhiri ya?”
Wah terimakasih sekali malah sudah divalidasi akhiri bimbingan sebelum saya berhasil tatap muka (dalam hati saya bersyukur). Tidak mau menyiakan waktu, saya meminta izin untuk ke TU mengurus formulir akhiri bimbingan. Sekitar pukul 12, surat sudah jadi. Saya masih memerlukan tanda tangan kedua dosen, kembalilah saya ke meja kerja Ibu dosen. Setelah mendapat tanda tangan, saya masih menunggu dosen pertama saya untuk meminta tanda tangan dan sekaligus mengumpulkan berkas persyaratan sidang yang sudah jauh hari saya siapkan.
Waktu sudah menunjukkan pukul 12.30 ketika berkas sudah terkumpul. Sejenak melepas lelah di kos dan menjalankan kewajiban presensi pada Tuhan. pukul 2 siang saya kembali ke kampus. Terlihat  di depan ruang Sekjur sudah penuh sesak dengan mahasiswa yang harap-harap cemas. Beberapa ada yang sudah membawa tumpukan map ke ruang TU, menyusul mahasiswa lain. Melihat kondisi yang riuh di ruang TU, saya meminta tolong teman untuk sekalian mengambilkan map saya.
“Tidak ada ik nis, belum diploting kayane”
Memastikan kalau memang tidak ada, saya  masuk TU sendiri setelah sudah tidak begitu  sesak. Ternyata benar, tidak ada. Saya keluar TU dan mengampiri kawan-kawan bimbingan yang sudah mendapatkan map.
“Ini nis, punyamu. Dapat Bu Eko.”
Alhamdulillah ternyata sudah diploting. Namun langsung was-was mengetahui seorang Bu Eko yang menjadi penguji.  Melihat kondisi saya yang kurang sehat, seorang teman menyarankan untuk pulang ke kos untuk  istirahat. Salah satu teman saya yang juga mendapat penguji Bu Eko juga telah pulang ke kos. Namun, tiba-tiba teman saya  memberi kabar bahwa mau menemui Bu Eko sore itu juga. Setelah sedikit menunggu Bu Eko yang terlihat melihat dan mencermati jadwal. Beliau menetapkan hari selasa tanggal 26 Juli 2016 sebagai hari ujian kami berdua. Teman saya pukul 08.00 saya pukul 10.00 WIB.
Ada apa dengan hari selasa? 
Ternyata jadwal sidang pada tanggal tersebut banyak sekali, sekitar 15 anak. 
Kenapa tidak tanggal lain? 
Alhamdulillah  karena rencana Allah lebih indah :) Wallahu'alam.... 

Selepas maghrib, saya memutuskan untuk kembali ke Kendal, untuk  memberi kabar dan sedikit melakukan negosiasi bersama Ibu. Karena saya hanya mempunyai waktu 2 hari aktif kerja (kamis dan jumat) untuk menyelesaikan berkas mempersiapkan sidang.




*********************************************************************************



Selasa, 26 Juli 2016

Alhamdulillah, tanggal tersebut tertulis sebagai hari saya dinyatakan lulus menurut SK.
sedikit pesan dari teman saya Fallasifa sehari sebelum sidang "Sidang itu tidak semenakutkan yang kita kira" terbukti setelah saya menyelasikan dua prosesi sidang hari itu, pukul 10.00 bersama Dosen Penguji Utama : Bu Eko Purwanti dan Dosen Penguji I: Bu Fitria Dwi Prasetyaningtyas, serta pukul 13.00 yang diundur pukul 13.45 bersama Dosen Penguji II: Bapak Farid Ahmadi.

Terimakasih SGL-1 PGSD angkatan 21012, 2013
Terimakasih Rekan KKN Ds. Satriyan ( Hilmi, Kingking, Ronny)

anis saidah rahman, nugraheti sismulyasih
Terimakasih Ibu Nugraheti (Dosen Wali Semester ke 0,2 - 6) atas tips dan trik pada malam terkahir 
Terimakasih teman sebimbingan (Saber, Kristika, Ulfah, Farida, Latifa, Elmy)


anis saidah rahman, farid ahmadi
Terimakasih Pak Farid Ahmadi 

Terimakasih "Korner Kos" (Dharu, Nova, Mb Chusna, Rahayu, Fida)


Jumat, 22 April 2016

Beruntungnya Aku Sehari Bersama Sheila On 7 Edisi II Part 2

Semarang, 6 Juni 2015
Tepat pukul 19.00 WIB Saya bergegas ke Stasiun, saya mendapat tiket keberangkatan pukul 22.30 dengan tujuan stasiun Gubeng dekat dengan Hotel tempat Sheila konser, ketika waktu sudah menunjukkan pukul 22.15 saya bergegas masuk ke peron, ternyata kereta yg saya akan tumpangi sedang bermasalah di Tegal dan entah sampai kapan akan sampai Semarang, petugas menyarankan untuk berganti kereta. Tanpa pikir panjang saya akhirnya berganti kereta yg akan berangkat pukul 23.00 dengan tujuan Stasiun Karang Turi.
Kondisi saya saat itu sendirian, karena Kakak saya memutuskan pulang pada pukul 22.30. padahal saya belum pernah sama sekali naik kereta dan ini adalah perjalanan perdana ke Kota Surabaya. Dengan berbekal kemantapan hati dan tujuan untuk bertemu Sheila, saya nikmati saja malam itu.
Sekali naik kereta langsung eksekutif
Tak lama, saya sudah berada di kereta, kira-kira pukul 04.00 saya sampai di Stasiun Karang Turi. Bergegas keluar dan menuju masjid terdekat. Ternyata masih dikunci. Saya menunggu sendiri sampai waktu subuh dan kemudian masuk. Solat berjamaah. Ketika kiranya sudah mulai sepi saya agendakan mandi di kamar mandi Masjid tersebut. Barang bawaan sudah saya amankan di balik lemari mukena. Pukul 05.00 selesai mandi saya sudah siap untuk pergi. Namun ternyata saya terkunci di dalam Masjid. Gerbang masjid sudah tertutup rapat, tidak ada jalan keluar. Sempat orang yang lalu lalang saya mintai tolong, namun Cuma menunjukkan rumah petugasnya saja. Baru pukul 05. 30 ada orang yang keluar membawa kunci. Alhamdulilah.

Menunggu Mas Yugis di Jl. Semarang Stasiun Karang Turi

Tahu kalau saya belum tahu besok pulang bagaimana, saya kemudian ke Indomaret stasiun untuk memesan tiket pulang ke Semarang. Sambil menunggu Mas Yugis pemenang asli Surabaya yang dengan senang hati mau menjemput di stasiun, saya keluar stasiun dan mencari sarapan. Janjian dengan Mas Yugis pukul 07.00 namun sampai pukul 07.30 tidak juga kunjung datang, sempat takut kalau Mas Yugis tidak jadi menjemput.
Walaupun sedikit telat, akhirnya Mas Yugis datang dan kami siap menuju ke Hotel tempat janjian dengan Mas Ibeng Manajemen Sheila bagian fansclub kala itu.  Ternyata sesampainya di hotel masih sepi, belum ada tanda-tanda yang lainnya. Mba Resti datang setelah kami dan setelah itu cukup lama kami menanti. Entah apa yang dipikirkan orang-orang hotel ada 3 mahkluk yang sejak pagi duduk di lobi hotel tanpa ada kegiatan :P .
Mas Yugis SBY, Mb Resti Bangkalan, Me
Namun keberuntungan datang, ada sosok laki-laki ganteng yang mempunyi senyum menawan menghampiri kami, “ Cah BASB yo??” sapa Baba Duta mengawali. “ Sek yo” lanjutnya. Artis mana lagi coba yang mau menyapa dulu fansnya dan menghampiri juga. Walaupun si Danar pemenang ke 4 belum datang, Baba Duta sudah mempersilahkan kalau mau foto, ada juga Bunda Adel , Aisha dan Ayman.

Setelah pertemuan singkat dengan Duta  yang pertama bagi saya, Mas Yugis minta ijin untuk menjemput Danar, entah dimana. Baru kemudian Mas Ibeng datang ke lobi menghampiri kami. Kami pun diajak ke atas untuk cek sound bersama mas-mas crew Sheila on 7. Sayang, gitar legendaris yang bertuliskan I love My Sephia tidak dibawa oleh Mas Eross karena sedang masuk bengkel.
Cek Sound
Sampai sore kami cek sound dan asyik berfoto, dan  dipersilahkan masuk ke kamar crew untuk bersiap bertemu bapak-bapak yang akan mengahdiri Ultah SG 7 Jatim. Sangat terasa deg-degan karena ini pertama kali kami masuk kamar para personil Sheila On 7 yang terbagi menjadi 2 kamar. Ada beberapa mangkok mie ayam yang tinggal tulang ceker ayam dan botol saos tertumpuk di meja. Ada yang sedang rebahan di kasur sambil bermain HP yaitu Mas Ferry, Mas Adam yang menjerit dengan terpaksa melihat kedatangan kami dan menyuruh ke kamar sebelah yang terhubung. Terlihat sosok Mas Brian yang sedang asyik menonton TV dan Mas Eross yang mempersiapkan alat tempur gitar-gitarnya. Agak canggung juga masuk ke kamar para lelaki itu, makannya kami langsung keluar sebelum ada berita aneh :p. Di lorong kamar hotel inilah foto pertama kami bersama seluruh personil Sheila On 7. Mas Duta dan Mas Adam sudah jonggok dan siap diambil foto bersama kami. Betapa humblenya mereka J.
Sheila On 7
Foto lengkap pertama di lorong kamar hotel
Di luar sudah ada mobil yang siap mengantar kami ke tempat ultah SG 7 Jatim. Saya belum bisa membayangkan bagaimana saya masih canggung untuk memulai pembicaran ketika satu mobil bersama Mas Eross dan Mas Adam. Saya dan Mbak Resti mencoba basa-basi dengan menanyakan gitarnya Mas Eross yang legendaris. Ternyata sedang diperbaiki, karena lehernya patah atau apa begitu saya sedikit lupa. Belum sempat mengobrol lebih jauh, mobil sudah sampai di tujuan.




Sheila On 7
Makan malam
Acara yang sederhana namun hangat karena tidak ada jarak antara idola dan fans terlihat di ultah SG7 Jatim. Setelah Bapak-bapak (Sheila On 7) memotong tumpeng, menyanyikan beberapa lagu dan berfoto bersama kami bergegas ke sebuah cafe untuk makan malam. Cafe yang menyediakan masakan itali (mungkin Mas Duta juga mau study banding dengan Il Mondo). Waktu luang menunggu makanan datang kami manfaatkan untuk meminta tanda tangan Bapak-Bapak ke seluruh album dan koleksi yang kami bawa dari rumah masing-masing.  Mbak Resti dan Mas Yugis juga memberikan oleh-oleh untuk Bapak-Bapak. Saya malah meminta oleh-oleh berupa video ucapan dari Baba Duta dan Mas Eross J.
Sheila on 7
Mbak Zahwa dan Mas Muh
Waktunya kami kembali ke hotel untuk bersenang-senang, sebenarnya sudah dari sore tadi saya merasa senang. Kami ke kamar crew So7 untuk bersih diri dan ganti kostum begitupun Bapak-Bapak. Tepat pukul 21.00 kami menuju ke backstage. Ternyata suasananya santai dan penuh canda sambil menunggu jadwal perform.  Karena sedikit santai, saya dan Mbak Resti ke stand merchandise untuk membeli sebuah kaos agar bisa ditanda tangani Bapak-Bapak. Eh, malah bertemu Mbak Zahwa dan Mas Muh (BASB sebelum kami). Tak lama berbincang, kami kembali ke backstage dan bersiap untuk ke panggung.
Momen sebelum manggung yang tidak bisa terlupa adalah bagaimana keluarga adalah penguat dan pemberi semangat untuk menampilkan yang terbaik. Aisha yang datang dari arah berlawanan memeluk Baba Duta sebelum Baba naik ke panggung. Saya merasa terharu. Setelah semua personil ke atas panggung dan menyapa Sheila Gank disana kami untuk pertama kalinya menikmati penampilan Sheila On 7 tepat di depan panggung, di depan pagar besi yang bisanya sebagai tempat favorit saya untuk berpegangan tangan menahan desakan penonton dari belakang ketika ngonser. 


Feat Baba Duta

Sebuah momen spesial tidak berhenti disitu. Ditengah konser Baba meraih kamera digital saya yang sedang merekam aksi mereka dan  menghampiri saya di depan panggung kemudian kami bernyanyi bersama. (FYI, entah saking canggung atau apa. Padahal saat itu lagu lapang dada yang sedang hits-hitsnya, namun saya blank). Waktu sepertinya berlalu cepat. Konser sudah selesai kami terburu buru kembali ke Backstage. Tampak Bapak-bapak lelah, namun masih sempat bercanda tentang aksi di panggung tadi.
Momen di backstage  berakhir dengan berfoto bersama pemenang BASB Surabaya dan seluruh personil Sheila On 7. Kami kembali ke kamar bersama lewat jalur belakang, membereskan barang bawaan kami dan berpamitan dengan Baba Duta.
Sheila On 7
Suasana terakhir di Backstage
Cerita saya tidak sampai disini. Saya masih harus kembali ke Jawa Tengah. Mas Yugis pukul 01.00 masih mau mengantar saya ke Stasiun Karang Turi. Di stasiun suasana sudah sepi. Hanya beberapak sopir taksi dan penjual makanan. Saya yang tidak ada persiapan untuk bermalam di hotel/motel/sejenisnya. Sempat mau tidur di depan alfamart stasiun namun akhirnya saya memutuskan untuk tidur di depan loket karcis sambil menunggu subuh. Sudah tidak bisa berpikir panjang, dengan sedikit mengatur posisi duduk saya lesehan menyempil di pojokan untuk beristirahat. Di sisi lain, ada juga beberapa orang yang tidur.

Waktu subuh sudah tiba, saya bergegas solat di Masjid yang kemarin. Namun kali ini saya tidak mandi. Takut terkunci lagi dan mengingat jadwal keberangkatan saya adalah pukul 07.00 menuju stasiun Poncol Semarang. Masih ngantuk dan cuuma sarapan roti yang semalam dibeli di alfamart. Selama di kereta saya habiskan untuk tidur, barangkali saya masih bisa bermimpi dan mengingat memori kemarin malam bersama BASB dan Bapak-Bapak Sheila On 7.



INILAH POSE  BASB_SURABAYA KALA ITU






Perjumpaan Awal Kami
basb
Seluruh pemenang BASB_SBY

BasbSo7
Danar-Mas Ibeng (Fans Club) - Anis - Mas Yugis - Mb Resti









 
Blogger Templates