Social Icons

Jumat, 20 Desember 2019

Karya adalah Do’a --> Do’a adalah perjuangan. (Bag.1)

Karya adalah Do’a
Do’a adalah perjuangan.
(Bag.1)


Tahun 2018, adalah salah satu tahun yang tidak bisa saya hapus dengan begitu saja  mudah kenangannya.
Pada tahun itu, sepertinya adalah salah satu batu loncatan terbesar saya, bisa dikatakan akan berpengaruh besar pada kehidupan tahun-tahun berikutnya.

Awal 2018,
Setelah menunggu berbulan-bulan. Tes yang saya ikuti pada pertengahan tahun 2017 tentang seleksi mahasiswa PPG Prajabatan Bersubsidi pun membuahkan hasil dan kepastian. Saya dinyatakan lolos dan akan mengikuti perkuliahan PPG (Pendidikan Profesi Guru) selama satu tahun. Tepatnya 11 bulan. 6 bulan di kelas. 3 bulan PPL di sekolah mitra.

Sebenarnya, saya sedikit ditentang untuk mengikuti tes PPG ini. Karena, Ibu khawatir kalau saya ikut PPG dan keluar dari tempat kerja, nanti akan sulit mencari lowongan kembali. Tapi entah mengapa, saya sangat bersikeras untuk mengikuti tes. Syukur-syukur kan lolos dahulu. Urusan nanti mau kerja dimana lagi. Salah satu yang menjadi dorongan saya untuk mantap harus ikut PPG adalah beberapa keuntungan dan kesempatan yang mungkin saja tidak akan saya dapatkan kalau saya tidak mencoba waktu itu.

Yaaaa, dari beberapa pertimbangan negatif dan positif itu membuat ada sedikit suasana bersitegang antara saya dan Ibu (bukan yang sampai parah ya, masih taraf biasa). Tapi pikiran saya saat itu sudah mantap untuk mendaftar, karena saya beranggapan pasti suatu saat hasil dari PPG yaitu sebuah Sertifikat Pendidik akan sangat diperlukan. Saya di tempat mengabdi juga belum terdafar di Dapodik (bukan karena uang ya, kalau masalah finansial saya masih ikut orang tua, jadi tidak begitu memikirkan :v ). Rasanya ingin tidak terbawa bayang-bayang Ibu. Jadi mungkin ini waktu yang tepat untuk keluar dari zona yang saya mendapatkan tempat mengabdi ini karena bantuan Ibu.

Akhirnya saya mendaftar dan siap untuk mengikuti tes. Hari dimana saya tes berbasis komputer, seperti biasanya saya meminta restu Ibu disetiap langkah yang saya ambil. Tapi saya tahu dari jabatan tangan Ibu, ada sedikit ketidak ikhlaskan. Cukup membuat saya berpikir macam-macam. Untuk memantapkan diri. Sepanjang perjalanan saya berdzikir. Semoga selamat dalam perjalanan. Dan Ibu mengampuni. Hari itu tes berjalan tidak begitu lancar. Karena masalah teknis. Server down, saya hanya bisa membuka 1 soal saja. nomor yang lain tidak bisa diklik. Itu terjadi hampir di semua universitas yang mendapat mandat dari Ristekdikti.
Oh iya, untuk tes PPG ini saya memilih UPGRIS (Universitas PGRI Semarang). Alasannya, pertama ingin mencari suasana baru karena pasti kalau saya mendaftar di UNNES (almamater saya) dosen yan mengampu PPG adalah dosen yang sama ketika saya S1. Kedua, agar saya bisa ikut club futsal UPGRIS. Hahahaha. Karena saya tahu futsal UPGRIS termasuk yang aktif dalam kompetisi-kompetisi antar mahasiswa di Jawa Tengah dan Jogja.
Lanjut mengenai tes hari pertama, akhirnya tes di hari itu dianggap tertunda dengan waktu yang belum ditentukan. Saya langsung pulang dan sesampai di rumah suasana belum begitu nyaman. Saya belum berani cerita tentang tes hari itu. Sampai 2 hari setelahnya Ibu tiba-tiba menanyakan. “Bagaimana tesnya?”. Otak saya langsung terbesit pikiran. Wah, ini kesempatan yang tepat untuk meminta keikhlasan Ibu agar merestui saya PPG. Saya jawab dengan nada sedikit ngambek.
“Eror Bu, komputernya. Ibu sih mungkin medoakannya kurang ikhlas.”
“Lha, tes lagi endak?”

“Belum tahu, tapi semoga tes lagi. Tapi didoakan ya Bu.
Lumayan saingannya se Indonesia sampai 8.000 an orang.
Berarti peminatnya banyak.”

“Ya smoga lancar besok kalau tes lagi.”

(obrolan dalam bahasa Jawa)

Kalimat yang sedikit saja terucap dari Ibu itu sudah cukup membuat saya tambah semangat lagi untuk belajar persiapan tes yang tertunda sebelumnya.

Singkat cerita akhirnya saya termasuk yang lolos tes tahap 1 yang saat itu dilaksanakan ketika bulan puasa. Saya berhak untuk maju ke tahap tes wawancara.

Saya sudah optimis sekali bisa lolos dan mengikuti PPG. Karena saya beranggapan kalau tidak begitu melakukan kesalahan fatal saat wawancara, pasti akan lolos. Yang penting santai, rileks dan attitude dijaga saat wawancara. (Ilmu yang saya terapkan saat sidang skripsi, karena dosen penguji utama saya adalah orang yang sangat mengedepankan attitude. Anak PGSD Unnes pasti tahu . Hahaha ssttt).

Benar saja, alhamdulillah saya lolos. Senang bercampur deg-degan. Karena ternyata sampai  selesai tes dan pengumuman saya belum izin pada Kepala sekolah tempat saya mengabdi. Akhirnya saat itu jeda setelah UAS semeter I, akhir Desember 2017. Saya merapikan ruang kelas dan buku-buku yang dikembalikan anak-anak, kebetulan Bapak/Ibu Guru juga sebagian sudah pada pulang. Langsung saja saya menemui Pak Kepsek di ruang tamu kantor. Menyampaikan bahwa saya Alhamdulillah lolos PPG Prajabatan, dan sekaligus meminta izin tidak bisa melanjutkan mengajar di SD tersebut karena sistem perkuliahannya full 5 hari dari hari Senin s.d. Jumat.
Tentu Bapak Kepsek sedikit terkejut. Tapi respon beberapa detik kemudian, ada senyuman dari wajah beliau disambung ucapan selamat serta sebuah pesan kalau setiap sabtu luang ya ke SD untuk mengisi materi apa begitu.
Saya hanya bisa menjawab “InsyaAllah Pak”. Kemudian saat rapat akhir tahun saya secara resmi meminta izin kepada guru-guru yang lainnya. Saya menyampaikan kalau saya akan full belajar selama setahun, jadi tidak dapat mengajar di SD . Jadi jika ingin mencari GTT baru tidak apa-apa. (PD sekali saya, seperti diharapkan kembali saja , hehehe). Namun salah satu guru menimpali “ Santai Mbak, pintu SD ini tidak akan tertutup untuk Mb Anis.” Kepala Sekolah menambahi.” Nanti saya yang mengisi kelas selama Mb Anis tidak disini.” Waduh, jujur saat itu muncul ketidakenakan hati. Ya tapi biarlah. Karena itu mungkin sudah menjadi keputusan beliau.

Jeda antara pengumuman dengan pelaksanakan perkuliahan ternyata cukup lama. Akhirnya setelah liburan saya diminta untuk membantu-membantu dulu di SD selagi menunggu jadwal perkuliahan keluar. Akhirnya setelah liburan selesai, saya  ke SD lagi selama hampir 2 bulanan. Sebentar sih, tapi karena pikirannya sudah mau PPG, jadi terasa lama. Akhir Februari baru saya mendapat jadwal dari UPGRIS dan melakukan daftar ulang serta resmi menjadi mahasiwa PPG Prajabatan Bersubsidi UPGRIS.

Kelanjutan cerita selama PPG  akan saya ceritakan  pada bagian selanjutnya yaaahhhh. :)

Selasa, 03 Desember 2019

Baik Buruknya Seseorang, Bergantung siapa yang nyeritain


Oke,, mulai hari ini akan bertambah lagi menu isian blog. Berisi quote atau kata-kata bijak yang saya dapatkan dari sekeliling saya. Bisa dari keluarga, teman, guru, sopir angkutan, penjual di pasar, orang di jalan dll.

Terkhusus postingan pertama "QUOTE TEMAN" kali ini datang dari ucapannya Mb Afiat Ilmiah Jati. Teman sekelas PPG yg dituturkan ke Mb Farah Ayu juga teman sekelas PPG. 
Kebetulan quote ini sangat mewakili isi hati saya dengan peristiwa yg baru-baru ini terjadi dan mungkin akan sering terjadi berbulan-bulan yang akan datang. Pesan tambahan dari Mb Afi "digawe kalem, masa bodo"

Selasa, 09 Juli 2019

Apakah "saya" akan berubah "aku"?

Batas yang semakin memudar
Luntur termakan waktu
Akankah ia sirna ?
Hingga kita bersatu?

Permainan harapan dan kenyataan ini
Membuatku semakin bingung.
Sekuat hati berharap, namun ia memilih rumah lain.
Ketika tak berharap, jalan itu terbuka menuju aku.

Ku awali pembicaraan dengan saya, apakah akan ku akhiri dengan aku.?
Karena sang waktu memutarkan kisahnya.
Kisah dia dan segala bentuk kepeduliannya.

Kita lihat saja,

Apakah akan ku akhiri dengan sebutan "aku".

Sabtu, 06 Juli 2019

Kemenangan Tahun Ini, Spesial

Saya menulis ini dalam nuansa Idulfitri. Dalam gema Takbir yang berpaut dari seluruh negeri. Semua bergembira dengan penyebab masing-masing. Mensyukuri yang dirahmatkan oleh Ilahi. Atas anugerah yang berbeda satu sama lain.

Kegembiraanku kuwujudkan dengan mengapresiasi diri sendiri atas keberhasilan yg telah ku menangkan. Kemenangan di hari yang fitri dan kemenangan atas terkendalinya hawa nafsu untuk tidak mencaci mengujar kebencian dan berkomentar negatif di media sosial. yang mana akhir-akhir ini terasa seperti medan perang bagi mereka yg saling bersebrangan.

Tidak akan terlupa ketika pernah sekali saya ikut berkomentar atas sebuah kejadian yang menimbulkan pro kontra waktu itu dan aku sangat menyesali yang telah kuperbuat. Sejak saat itu saya sekuat tenaga menahan diri ketika menemukan berita yang isi komentarnya sudah tidak menjunjung sopan santun, etika.

Godaan yang begitu besar, ketika jari telah menyentuh layar hp. Mata menyimak postingan dan telinga yang mendengar ujaran semangat saling menjatuhkan. Saya bersyukur, masih bisa menahan untuk tidak ikut campur walaupun harus dengan tekad yang lebih untuk acuh tak acuh. Memilih untuk untuk berkonsentrasi saja dengan apa yang ada di dunia nyata, bukan dunia maya. Jika dirasa sudah bisa mengendalikan diri, tak ada salahnya bersosialisasi di dunia maya memberikan pendapat asal warga net sudah bisa bersikap dewasa dan menjunjung tinggi sikap menghargai layaknya berinteraksi di dunia nyata .

Titik Cahaya dari Sebuah Takdir


Segala kisah yang saling terhubung.
Mempunyai alurnya masing masing.
Satu rasa, berbeda hati dari beberapa insan,
namun tetap tersambung satu sama lain terkemas dalam satu cerita.

Apa makna dibalik semua ?
Hanya Engkau yang tahu segalanya.

Kuterima dengan lapang dada jika ini hanyalah takdir biasa.
Namun jika ini adalah salah dua pertanda, aku masih belum bisa menerka,
Kemana cerita-cerita yg Engkau suguhkan bermuara.
Hidayah yang berujung berkah, sebagai hadiah dari Engkau Yang Maha Pemurah.
Atau karma yang entah bermusabab apa?
Dari masa laluku yang penuh dosa.


Satu tanyaku, "Mungkinkah hati, miliki kembaran rasa?"

Sabtu, 04 Mei 2019

Bermuara Ke Laut

Aku suka caranya menyatakan kerinduan, seperti angin malam yang menyapa tepat di relung hati.
Aku suka caranya memulai pembicaraan dan mengarahkannya.
Damai,
Engkau membuka ceritamu, walau terkadang aku tidak membuka ceritaku.

Aku suka pandangannya kepadaku,
Senyuman tipis dari bibirnya menyerbak ketentraman,
Layaknya pohon yang berbuah.
Menumbuhkan buahnya, namun tak berusaha menguasai,
Membiarkan buahnya jatuh ataupun dipetik.

Aku suka kepeduliaan dan perhatianny,
yang muncul di saat yang tepat dan dalam porsi yang pas.
Tidak berlebihan, namun membuat candu.

Akan tetapi,
Aku tidak suka jarak yang berada di antara kami.
Karena ada yang ingin kucurahkan lewat penjelasan panjang yang hanya bisa kuutarakan lewat obrolan.

Aku tidak suka prinsip kami yang berbeda.
Karena, ada beban tanggung jawab,
yang mungkin telah disemayamkan sejak kecil,
yang mau tidak mau  harus aku jaga seperti wasiat yang berharga.

Aku tidak suka kenapa aku menjatuhkan hatiku.
Mungkin ini hanya akan menjadi kisah...
karena aku suka ceritanya walaupun tidak menyukai akhirnya.

Aku suka cerita cara kita bertemu,
seperti aliran air yang tenang membawa pesan pesan rahasia yang kita simpan masing-masing.
Hanya sesekali muncul ke permukaan kemudian tenggelam lagi. Pada akhirnya kita ke muara yang sama, laut.
Dan bebas tidak mengikat mengambil langkah sendiri-sendiri,

berbaur dengan ombak yang menepi dan membawa pergi.
 
Blogger Templates