Aku suka caranya menyatakan kerinduan, seperti
angin malam yang menyapa tepat di relung hati.
Aku suka caranya memulai pembicaraan dan
mengarahkannya.
Damai,
Engkau membuka ceritamu, walau terkadang aku
tidak membuka ceritaku.
Aku suka pandangannya kepadaku,
Senyuman tipis dari bibirnya menyerbak
ketentraman,
Layaknya pohon yang berbuah.
Menumbuhkan buahnya, namun tak berusaha
menguasai,
Membiarkan buahnya jatuh ataupun dipetik.
Aku suka kepeduliaan dan perhatianny,
yang muncul di saat yang tepat dan dalam porsi
yang pas.
Tidak berlebihan, namun membuat candu.
Akan tetapi,
Aku tidak suka jarak yang berada di antara kami.
Karena ada yang ingin kucurahkan lewat penjelasan
panjang yang hanya bisa kuutarakan lewat obrolan.
Aku tidak suka prinsip kami yang berbeda.
Karena, ada beban tanggung jawab,
yang mungkin telah disemayamkan sejak kecil,
yang mau tidak mau harus aku jaga seperti wasiat yang berharga.
Aku tidak suka kenapa aku menjatuhkan hatiku.
Mungkin ini hanya akan menjadi kisah...
karena aku suka ceritanya walaupun tidak menyukai
akhirnya.
Aku suka cerita cara kita bertemu,
seperti aliran air yang tenang membawa pesan
pesan rahasia yang kita simpan masing-masing.
Hanya sesekali muncul ke permukaan kemudian tenggelam
lagi. Pada akhirnya kita ke muara yang sama, laut.
Dan bebas tidak mengikat mengambil langkah
sendiri-sendiri,
berbaur dengan ombak yang menepi dan membawa
pergi.