Social Icons

Rabu, 13 Mei 2020

Jadi Wanita Ternyata Serumit ini

Ramadhan hari ke 20 1441 H/ 2020 M.

(Niat hati mau menulis setiap hari, tapi tiba-tiba malas setelah hari ke lima dan tidak ada bahasan. Baru ini ketemu bahasan lagi)


Tadi malam jari ini gatal.
Ketika berselancar di dunia per-IG-an, seperti biasa suka melihat komentar-komentar di postingan yang sekiranya menarik. Kali itu ada postingan dari PBNU (lupa nama akunnya. Hehehe, saking banyaknya akun akun berlabel NU yang saya ikuti).  Judulnya "Hal-hal yg membatalkan puasa". Terpantau yg menarik perhatian adalah salah satu hal yg membatalkan puasa ketika masuknya benda ke dalam lubang di tubuh ini. 

Banyak pertanyaan dan diskusi di kolom komentar tentang maksud "lubang di tubuh". Ada tentang upil, korek kuping, obat mata dll. Tapi dari bahasan lubang-lubang itu saya malah gatal untuk mengomentari pertanyaan Bapak-bapak (kayaknya. Saya kok tahu. Ya karena saya buka profilnya. hehehe) Jadi si Bapak bertanya tentang istrinya yg hamil mengeluarkan darah. Apakah puasanya batal?. Saya jawab "Tidak batal, karena bukan termasuk darah haid dan nifas". Entah kenapa saya tiba-tiba ingin menanggapi. Padahal jarang sekali saya komentar di postingan agama bab Fiqih yang ada saya malah bertanya hahaha. Ilmu juga masih cetek banget. Mungkin karena kebetulan saya pernah ngaji pasan (Mengaji di Bunyai/Kyai hanya di bulan Puasa) dan membahas kitab tentang Wanita. 
Si Bapak ternyata belum puas. Yak Bapak saya bukan alat pemuas hehehe ups. Beliau bertanya lagi kalau solat?. Eh saya jawab lagi (kenapa sih Niiiisss). Kalau pas solat disumpel pakai kapas. Biar ndak netes darahnya ketika solat. Eh si Bapak tanya lagi. Berarti seperti darah istiadzah ya?.
Saya memutuskan tidak menjawab lagi. Ilmunya yg segini. Ndak berani untuk berkomentar lebih lanjut. Nanti si bapak tambah tanya lagi. 
Selesai memutuskan untuk tidak menanggapi lebih lanjut, malah jadi kepikiran pernyataan Bu Fikri (Bu Nyai, masih muda, yg mengajari bab Wanita dan perdarahannya pas puasa tahun lalu). Jadi wanita itu memang riwil, agak ribet (aku lupa kata bahasa Jawa yg dipakai beliau untuk mengungkapkan kondisi wanita pas ngaji itu). Ya dari pertanyaan Bapak tadi juga sudah kelihatan. Betapa banyak hal hal yg tidak dialami pria yang membuat kondisi wanita harus ekstra dalam menyikapi dan mengetahui hal-hal kewanitaan untuk kelancaran ibadah. Dari setetes darah yg menetes bisa merembet ke bahasan lainnya. Dari mulai hukum darahnya, cara membersihkan, hitungannya, persiapan ibadahnya, yg boleh dan tidak boleh dilakukan. Yahh pokoknya ribet dan detil. Sebagai wanita pas ngaji pasan tahun lalu saya juga sempat berpikir. "Jadi wanita kok banyak yg harus diketahui ya. Apalagi bagi yang punya kejadian-kejadian khusus. Benar-benar harus mencari ilmu lagi." Sambil berharap besok juga ada yg membimbing. Soalnya saya paling suka membuat pertanyaan di kepala. Dan paling sebal kalau belum ketemu-ketemu jawabannya.. 
Ini saja juga masih ada pertanyaan-pertanyaan yang baru muncul di kepala ketika bulan puasa ini. Ingin tanya tapi sama siaapaaaaaaa. 😔

 
Blogger Templates