Mimpi untuk dapat menyentuh awan menikmati
sinar matahari dari sudut yang berbeda akhirnya dapat terwujud juga. Bersama
teman-teman CG dan A.U.W gerombolan anak manusia yang bersahabat sejak pertama
kuliah aku nyempil ikut gerombolan itu untuk mendaki di perbatasan JATENG dan
JATIM. Entah apa yang menjadi pertimbangan mereka memilih Lawu sebagai tujuan
pendakian. Yang pasti pendakian tersebut sangatlah berkesan buat saya.
|
C.G dan A.U.W bersama R.A. Said |
Berangkat dari Semarang pukul 09.00 dan
mampir-mampir dulu ke para anggota gank, akhirnya baru sampai di Tawangmangu
pukul 16.00 WIB. Ternyata ada 2 jalur pendakian, yaitu Cemoro Kandang yang
masuknya JATENG, kemudian Cemoro Sewu
|
Mengisi tenaga dulu |
yang merupakan wilayah JATIM. Kedua pos
pendakian itu hanya berjarak 200 m. Gaje bingit kan?? :3 . tapi karena sempat
browsing tentang G.Lawu, sesuai instruksi ketua rombongan kami memulai
pendakian dari Cemoro Sewu JATIM.
|
breafing, pemanasan dan berdo'a :D |
Setelah sedikit mengistirahatkan badan, makan
dan sholat kami mulai berkemas bersiap mendaki. Setelah membeli tiket masuk
(Rp. 3000/org) sekaligus melapor, kami ber-13 bergegas pemanasan dan breafing.
Pendakian ini dimulai pada pukul 17.00
WIB.
Melihat rombongan yang bersemangat menambah
antusias saya atas pendakian pertama ini. Berbagai informasi negatif tentang
G.Lawu yang didapat dari internet saya jadikan pengetahuan saja. Sempat takut,
tapi setelah melewati malam di G.Lawu akhirnya biasa saja.
Prinsip utama mendaki adalah “kita sendiri
yang tahu sekuat apa diri kita” maka ketika butuh istirahat jangan dipaksakan
untuk tetap berjalan. Ilmu kedua yang saya dapatkan yaitu, satu sama lain dari
rombongan harus tetap solid dan bersatu. Jangan sampai terpecah belah.
Prinsip-prinsip itu yang saya rasakan sangat diterapkan dalam rombongan ini. 6
cewek dalam rombongan dan beberapa cowok yang juga baru pertama mendaki,
membuat perjalanan ini semakin berarti dengan berbagai pengertian dan sikap
saling mamahami. Tidak ada yang keberatan ketika kita baru beberapa meter
istirahat dan ada yang meminta istirahat lagi. Dan ini berlangsung sampai kita
sampai di watu putih (pos 4).
Tak bisa dihitung lagi, berapa kali kita
istirahat dijalur setapak dan terkadang dilanjut ketiduran. Tak bisa dihitung lagi berapa kali kami
menyemangati kawan kami untuk terus melanjutkan perjalan. Tak bisa dihitung
lagi kami berbohong bahwa pos selanjutnya sebentar lagi untuk membuat kawan
kami tetap sadar dan mau melangkahkan kakinya. Yang jelas sesuatu yang tak bisa
dihitung itu yang membuat saya bergecak kagum.
|
3 kwek kwek |
|
menanti sunrise |
Perjalanan yang terasa sangat lama adalah
dari pemberangkatan ke pos 1, dan dari pos 3 ke pos 4. Sempat istirahat di pos 3 pada pukul 00.00 dan
kami menjadwalkan kembali melangkah pada pukul 02.00. namun rencana berubah
ketika ketua rombongan kami memutuskan utnuk melanjutkan perjalan pukul 01.00.
kondisi teman-teman yang kedinginan ketika tertidur dan ada yang tidak bisa
tidur yang menjadi alasan untuk mai tetap berjalan. Tapi itu semua terbayar ketika kami ber 13
sampai di watu putih tepat ketika matahari terbit. Seakan energi terkumpul
kembali untuk menuju ke puncak.
|
behind the scene |
|
watu putih |
|
watu putih |
Kami tutup perjalanan pagi itu dengan
menikmati keindahan di sekitar pos 5, dimana ada sebuah warung dan sendang.
Sedangkan puncak hanya ditempuh oleh 11 orang walaupun jaraknya Cuma 1 km dari
pos 5.
|
tanjakan dari POS 5 menuju Puncak hargodumilah |
|
Puncak Hargo Dumilah |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar